Identitas
Judul Resensi : Resensi Penampilan Drama “Nenek Tercinta” Karya Arifin C. Noer Yang Ditampilkan Oleh KSSI IKIP Siliwangi
Judul Drama : Nenek Tercinta
Tanggal dan Waktu Tayang : Sabtu, 18 Oktober 2023 pukul 18.00 WIB
Tempat Penampilan: PKM IKIP Siliwangi, Jl. Terusan Jend. Sudirman, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat 40521
Genre : Drama, Slice of Life
Penulis Naskah : Arifin C. Noer
Pimpinan Produksi : Giast Ilyasa
Sutradara : Rifqi Ihtifazhuddin Alwafi
Asisten Sutradara : Yudistira Setia Nugraha
Pemeran : Halwah Shanifah Al Madani, Tarisa Sulistiani, Muhammad Robiul Hasan, Robi Rivaldo, Ridho Ramdhani Abdurahman, Amalia Divani Putri, Yudistira Setia
Dalam pementasan drama yang bagus, teknik memegang peran adalah teknik paling penting, sebelum disusul oleh teknik tata panggung, tata rias, tata busana, serta tata suara yang juga harus disiapkan dengan matang agar pementasan drama dapat berjalan baik. Begitu pun pada penampilan drama berjudul “Nenek Tercinta” karya Arifin C. Noer oleh KSSI IKIP Siliwangi dari segi kecocokan pemeran, akting dari setiap aktor, tata panggung, permainan lampu dan musik, juga tata rias, semuanya dilakukan dengan rapi dan penuh kesiapan, mereka cukup bagus dalam menampilkan drama.
Kisah ini menceritakan bagaimana seorang anak yang sudah tidak tahan dengan keadaan ibunya yang sudah tua, pikun dan menyebalkan. Anaknya itu bernama Lastri dan Musta.Mereka dan saudara-saudaranya sudah bersekongkol untuk mempercepat kematian ibunya yang sudah tua renta itu. Pada rencana membunuh kali ini Musta dan Lasti yang akan melakukannya, mereka meminta bantuan kepada seorang dukun. Setelah segala upaya telah dilakukan, sayangnya rencana mereka gagal.Bukan hanya kali ini saja rencana membunuh ibunya gagal, tetapi sudah beberapa rencana lainnya pun gagal, ibunya tetap hidup dan mengoceh di dalam rumah. Hanya ada satu cucu yang tidak setuju dengan cara yang diambil oleh Lastri dan Musta, cucu itu berna Rusli. Rusli masihlah menyayangi neneknya dan bersyukur neneknya masih diberi kesempatan hidup. Rusli sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh budenya, Lastri, atas apa yang mereka rencanakan kepada nenek. Namun, Rusli masih bisa bernafas lega karena kondisi neneknya baik-baik saja.
Rencana yang buruk berbalaskan nasib yang buruk. Tak lama dari kejadian rencana membunuh ibunya dengan santet, Dudung, cucu dari Lastri harus tertimpa nasib yang buruk. Dudung tertabrak mobil dan terluka parah, kemudian meninggal dunia. Lastri tersadar dan menyesali akan perbuatannya kepada ibunya inilah yang menyebabkan keburukan datang kepada cucu tercintanya. Di samping itu, ibu atau nenek ini sebenarnya pun sadar bahwa tingkah lakunya sudah sangat memusingkan, merepotkan anak-anaknya, sering membuat anak-anaknya marah, namun apa mau dikata, memang seperti itulah tingkah laku orang dengan usia yang sangat panjang. Nenek mulai merasakan kesepian dan kekosongan, bahkan nenek lebih senang ketika anak-anaknya mendoakan ia agar segera wafat, karena ia ingin cepat-cepat bertemu dengan anaknya Rusdi dan suaminya yang telah wafat terlebih dahulu.
Drama “Nenek Tersayang” mengambil tema realis. Tema drama realis adalah sebuah pertunjukan yang menggambarkan tentang kenyataan kehidupan yang dipertontonkan di atas panggung. Cerita di dalam drama itu, bisa jadi memang tengah terjadi di belahan muka bumi ini, dan memang sudah banyak yang merasakan masalah yang sama.
Di dalam drama ini terdapat dua tokoh central dan empat tokoh pendukung. Tokoh utama adalah nenek. Nenek menjadi tokoh protagonis di dalam cerita ini. Tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. Tokoh Nenek digambarkan sosok yang tua renta, cerewet, suka tiba-tiba marah, tiba-tiba tertawa, pokoknya kondisi mental tokoh Nenek ini seperti layaknya nenek-nenek pada umumnya, mudah berubah-ubah. Ia pikun dan terus menduga semua orang telah merampas harta miliknya. Tokoh central kedua adalah Lastri. Lastri berperan sebagai tokoh yang antagonis. Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur yang menentang cerita. Di dalam drama “nenek tersayang”, tokoh antagonis dalam ceritanya adalah Lastri. Tokoh Lastri digambarkan sebagai sosok anak yang tidak sabaran dan pemarah. Watak itu pun terlihat dari bagaimana ia merencanakan membunuh ibunya dengan meminta bantuan dukun.
Kemudian ada pun empat tokoh pendukung yang membantu peran protagonis juga antagonis. Ada tokoh Musta yang mendukung peran antagonisnya Lastri. Musta seseorang yang patuh kepada apa yang diperintah Lastri. Ia sedikit agak sedikit selengean, tidak sesantai Rusli.Ada pun peran pendukung tokoh protagonis, ialah Rusli. Rusli adalah cucu kesayangan nenek yang selalu memihak nenek. Tokoh Rusli, menjadi sosok yang bisa mengendalikan emosinya, ia terkesanan dibuat sedikit agamis karena masih mampu mengingat Tuhannya. Rusli menjadi yang membela Neneknya, artinya Rusli adalah sosok yang penyabar.
Pemeran pendukung lainnya ada Mbah Dukun yang membantu Lastri dan Musta untuk membunuh nenek, kemudian tokoh Dudung. Dudung adalah tokoh yang berperan menjadi anak kecil. Cucu dari Lastri, cicit dari sang nenek. Ia sedikit nakal seperti halnya anak-anak kecil lainnya. Ia suka menggoda nenek buyutnya yang pemarah itu. Dan nyang terakhir adalah Darsinah, tetangga dari lingkungan rumah nenek. Tokoh Darsinah tidak banyak ambil peran di dalam drama ini, Darsinah hanya datang untuk menginformasikan kecelakaan yang dialami oleh Dudung. Dari cuplikan adegan Darsinah, ia seseorang yang mudah panik dan tidak bisa mengkontrol kepanikannya tersebut.
Konflik yang terjadi di drama ini adalah Lastri dan Musta yang menyuruh dukun untuk membunuh ibunya kemudian diketahui oleh Rusli, cucu tersayangnya nenek. Namun, mbah dukun ternyata tidak berhasil membunuh nenek. Rusli sangat marah kepada budenya, Lastri, karena melakukan itu semua kepada neneknya.
Alur yang digunakan di dalam pementasan drama Nenenk Tercinta adalah alur maju atau alur progressive. Menurut Satoto (2012:44) alur maju atau progressive adalah jalinan peristiwa karya sastra yang beruntun dan berkesinambungan dari segi kronologi dari tahap awal; sampai tahap akhir cerita, yaitu melalui tahap-tahap, pemaparan atau perkenalan, penggawatan, klimaks atau puncak, peleraian, serta penyelesaian.
Dalam hal pesan moral, drama ini sangat berhasil. Pada akhirnya, Lastri tersadar dengan apa yang telah ia lakukan kepada ibunya setelah ditimpa keburukan. Ia sadar bahwa ia sedang menanggung karma, karena perbuatan buruknya, cucunya, Dudung, mengalami kecelakaann parah. Selain itu, ada tokoh Romli, yang mencerminkan cucu yang baik dan mau mengurusi neneknya. Drama ini juga mengangkat isu sosial yang penting. Di mana memang masyarakat Indonesia masih saja mempercayai dukun untuk menyelesaikan permasalahannya. Padahal dukun itu hanyalah penipu ulung, seperti Lastri yang tertipu oleh dukun yang ia panggil untuk mencabut nyawa ibunya. Penampilan pemain dalam drama ini juga patut diacungi jempol. Mereka berhasil menampilkan karakter-karakter mereka dengan kejujuran dan emosi yang tulus, sehingga pesan moral dan sosial drama ini tersampaikan dengan sangat efektif.
Untuk keseluruhan pemeran/pelakon, sudah sangat menguasai panggung. Tidak ada yang lupa adegan apalagi lupa naskah. Pementasan berjalan baik dan lancar. Namun, ada satu yang rasanya harus segera diperhatikan, yakni intonasi bicara tokoh Nenek. Tokoh Nenek adalah pemeran utama, jadi, nenek punya banyak sekali adegan dan dialog panjang. Suara pemeran nenek ini, sudah bisa menyerupai suara nenek-nenek, hanya saja intonasi di akhir kalimat, selalu menggunakan inotasi yang sama jadi terdengar monoton. Selain itu, tokoh yang lainnya sudah memiliki gaya berbicaranya masing-masing yang enak didengar. Dari vokalisasinya pun tidak ada yang perlu diperbaiki, tata suara sudah berjalan lancar, apa yang diucapkan oleh para pemeran/pelakon bisa terdengar dengan baik atirkulasinya. Selain soal intonasi atau tata suara, ada pun memang saat penampilan itu perubahan-perubahan dialog atau pergantian kata. Para pemeran/pelakon melakukan banyak improvisasi tanpa mengubah arti banyak dan tidak memangkas adegan-adegan lainnya. Pemilihan kata saat berimprovisasi pun kata-kata yang efektif, singkat, padat dan jelas.
Pada akhirnya, pementasan drama "Nenek Tercinta" karya Arifin C. Noer oleh KSSI IKIP Siliwangi memang memiliki sejumlah kelebihan dan potensi yang luar biasa. Meskipun ada beberapa catatan, seperti intonasi Nenek yang bisa diperbaiki dan perubahan dialog yang perlu dijaga agar konsisten, keseluruhan penampilan drama ini berhasil menyampaikan pesan moral dan sosial dengan efektif. Para pemeran/pelakon sangat menguasai peran mereka dan menampilkan karakter-karakter dengan kejujuran dan emosi tulus. Dengan demikian, drama ini berhasil menghadirkan realisme dan menggambarkan isu sosial yang penting, sambil memberikan pengalaman panggung yang baik. Keseluruhan penampilan drama ini merupakan pencapaian yang patut diapresiasi, dan dengan perbaikan kecil di beberapa aspek, bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Terima kasih atas pementasan yang menginspirasi ini.