Malam ini, aku dibawa oleh takdir untuk bercengkraman lagi dengan Cinta. Dituntunnya aku keluar dari relung gelap menuju keheningan ruang temaram.
Aku menepi, terduduk diam bersimpuhkan selapis perca.
Kutaruh semua beban, asa, luka, derita, susah, sempit dan segala macam yang ada pada relung yang terluka.
Ku tukarkan itu semua kepada Cinta, berharap pada-Nya setangkai mawar yang akan ku dapatkan. Dan benar saja, aku mendapatkannya, setangkai mawar dari Cinta melalui takdir. Setangkai mawar guna menyembuhkan relung yang terluka.
Pada malam lainnya, kembali takdir membawaku menghadap Cinta. Dituntunnya aku keluar dari relung gelap menuju keheningan ruang temaram.
Kembali aku menepi, terduduk diam bersimpuhkan selapis perca.
Rasa sebitan luka di hati yang disiram cuka, aku ingin menukarnya dengan nikmatnya tetesan madu. Dan lagi, aku mendapatkannya, madu dari Cinta melalui takdir. Tetesan madu yang lambat laun menutupi sebitan luka di hati.
Takdir yang membawaku lebih dalam mengenal Cinta. Cinta yang mungkin berbeda dari sebagian manusia, namun mungkin saja tengah dirasakan oleh sebagian manusia lainnya. Bukan lagi cinta yang dinafkahi oleh nafsu, tapi Cinta yang di dalamnya ada interaksi dan transaksi tanpa rugi.
Cinta yang besar, Cinta yang menghidupkan dan mematikan.
Cinta yang memberi berjuta kenikmatan tanpa seseorang memintanya.
Aku telah berangsur tumbuh bahagia, dan akan semakin dalam lagi aku mencinta, karena kasih-Nya adalah sebuah bentuk Cinta yang sesungguhnya.