Cerita
Gemuruh Aspirasi Pemudi Cipada
Gemuruh Aspirasi Pemudi Cipada

Gemuruh aspirasi pemudi Cipada merupakan tulisan sederhana yang dituangkan hanya berupa coretan diksi penuh makna tanpa embel-embel estetika tapi dirasa pas tuk sekedar membagi cerita.

Pada suatu waktu di Cipada sedang musim panen seluruh masyarakat bersatu untuk bekerja keras, mereka berbagi tugas bahu-membahu menuai hasil panen yang melimpah. Suasana kebersamaan dan kegembiraan mengisi udara Desa Cipada. Namun, hidup di pegunungan juga tidak selalu mudah musim hujan kadang-kadang membawa banjir dan tanah longsor yang dapat mengancam Desa dan begitu juga dengan situasi dari Desa Cipada yang tidak bisa di tebak namun, penduduk Desa selalu siap membantu satu sama lain dalam menghadapi bencana alam ini, dan hal utama yang akan kita bahas dalam pembahasan singkat ini, adalah tentang adat istiadat intern masyarakat yang masih melekat kuat yaitu pernikahan anak di usia yang terbilang dini.

Orang tua di Cipada masih sangat berpikiran kuno mengenai pendidikan anggapan lama tentang pendidikan masih tidak terlalu penting bagi penduduk disana dimana ada ujaran tentang mencari kerja untuk laki laki lebih menunjang ekonomi ketimbang menimba melanjutkan pendidikan begitupun judgement tentang perempuan mau bagaimanapun tingginya pendidikan pasti akan kembali ke dapur, seperti itulah siklus serta persepsi yang terjadi tiap tahunnya. Akhirnya hal itu menjadi suatu hal yang turun temurun dalam lingkup interaksi sosial masyarakat di sana hal ini menjadi salah satu pembiasaan sejak dini yang membuat adat ini terbiasa ada dan cenderung dilestarikan.

Banyaknya anak muda disana yang memiliki usia produktif untuk menghasilkan suatu hal baru yang menarik dalam menjadi agent of change justru terbebani dan terhalang oleh persepsi melekat dari masyarakat itu sendiri, banyak anak muda yang tidak memiliki kebebasan dalam mengekspresikan hidupnya karena pengaruh titah dari orang tua serta masyarakat Cipada secara umum.

Padahal melihat dari potensi banyak sekali hal yang bisa dijadikan sumber daya manusia yang potensial bagi kemajuan Desa Cipada tersebut, anak-anak muda disana cenderung sangat pekerja keras dan mampu berpikir kreatif dengan keterbatasan di Desa salah salah satu dalam hal teknologi, di Cipada masih sangat minim perkembangannya karena pengaruh koneksi yang jelek serta jaringan internet yang tidak memadai dan mahalnya penunjang alat tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak menghentikan anak anak muda di sana untuk putus berkarya. Salah satu contohnya dalam bidang perternakan dalam satu tahun ini Desa kami telah menghasilkan satu apresiasi dan juga penghargaan dari PT Biofarma dan juga menjadi objek penelitian bagi mahasiswa UNPAD.

Menyinggung hal ini, tentunya kita harus mempunyai sebuah solusi dalam penanggulangan masalah sosial yang terjadi di masyarakat Cipada, ada satu saran yang mungkin ini sebuah ide yang nantinya dapat saya implementasikan untuk dikampung halaman saya Cipada. Yaitu pentingnya merubah cakrawala persepsi tentang pendidikan karakter di rumah itu tidak akan sukses jika yang menjadi madrashatul ulanya tidak paham dengan apa yang harus dia beri kepada anaknya kelak. Maka dengan kita melakukan dua cara penerapan yaitu pertama sosialisai dengan pendekatan dua arah dimana di dalamnya terdapat doktrin tentang penting parenting dan kedua yaitu dengan tindakan secara struktural yaitu dengan mengusung sebuah program perencanaan yang melibatkan aparat pemerintah Desa setempat.

Demikian aspirasi ini saya sampaikan semoga sampai pada tiap tiap khalayak secara luas. Selanjutnya ada penutup Qoutes dari seorang Asatidz di Cipada mengenai arti pulang ke rumah kami yaitu PPI 16 CIPADA begini kurang lebih kalimatnya "Kita bukan hanya keluarga, kita ada karena cinta, dan berkumpul kembali di surga."






Riska Dini Fatimah

Riska Dini Fatimah adalah anggota komunitas Literasiliwangi yang bergabung sejak Dec 2023



0 Komentar





Cerita Lainnya