Ragam
Gaya Hidup Lambat, Loh, Gak Bahaya Tah?
Gaya Hidup Lambat, Loh, Gak Bahaya Tah?

Slownya bukan males apalagi sampe nunda sesuatu!

Ada yang lagi rame-rame diomongin, tapi bukan soal cocoki xixixi. Ini soal gaya hidup baru, seudah terbit gaya hidup minimalis, terbitlah gaya hidup lambat. Gaya hidup lambat ini nama bekennya Slow Living. Slow Living ini gaya hidup yang diambil sama orang-orang yang udah capek sama kehidupan yang sat-set-sat-set was-wes-wos tapi malah chaos. So, mereka milih buat jalanin gaya hidup baru yang lebih nyantai, slow, perlahan tapi penuh kehati-hatian di dalam melakukan setiap aspek kehidupan sehari-hari. Slow Living bisa disebut juga sebuah mindset, dimana seseorang akan menata gaya hidupnya secara penuh kesadaran agar kehidupannya lebih bermakna dan berharga.

Gaya hidup yang slow ini tuh bukan berarti kita bebas males-malesan, nunda-nunda sesuatu atau sengaja terlambat dalam menyelesaikan sesuatu. Slow Living ini lebih kepada menggunakan kecepatan dengan tepat. Alih-alih ngerjain semua hal dengan cepat tapi banyak salahnya, slow living ini lebih ke membagi prioritas, penggunaan waktu yang efektif, mengerjakan sesuatu dengan penuh  kehati-hatian, menikmati setiap menitnya dan merasa terhubung dengan orang-orang atau pun dengan alam/sekitarnya. Mengutip dari Carl Honoré dalam bukunya In Praise of Slowness, “Prinsip utama dari filosofi Slow Living adalah meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu dengan benar, dan dengan demikian kita akan lebih menikmatinya.” jadi, hidup lebih santai bukan berarti males atau lambat, tapi menjadi versi yang lebih baik.

Slow Living tuh, sebenarnya, sebuah gerakan turunan dari gerakan yang bermula ada di Italia pada tahun 1980-an. Pada saat itu, Carlo Petrini dan sekelompok aktivis mendirikan gerakan Slow Food untuk menghadapi berdirinya McDonald’s di pusat kota Roma. Tujuan dari gerakan tersebut adalah untuk mempertahankan tradisi makanan lokal. Setelah itu, penulis Carl Honoré yang juga seseorang yang concern pada slow movement menulis buku yang berjudul In Praise of Slowness, dan hasil dari penyelidikannya ternyata gerakan Slow Food ini bisa berpengaruh pada slow movement lainnya, sehingga terbentuklah konsep “Slow Living”, gerakan yang lebih luas, yang mulai diterapkan pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari.



Oh, gitu, terus kenapa kita mesti Slow Living? Emang penting banget, ya?


Yaaa, tergantung, penting atau enggaknya itu emang tergantung kepada tujuan setiap orang yang melakukannya. Karena prinsipnya Slow Living itu kayak “kita pake waktu kita dengan baik, jangan sampai ada yang kebuang sia-sia.” maka akan ada keuntungan bagi yang menerapkan gaya hidup ini. Berikut rangkuman beberapa keuntungannya :


  • Aku Kaya Akan Waktu

Misalnya, dengan membatasi scrolling sosial media, menghentikan aktivitas yang tidak sesuai dengan minat, apalagi ngelakuinnya udah ogah-ogahan, nonton  netflix kelamaan atau belajar dalam menolak komitmen yang ngebebanin. Jadi, intinya sih hidupnya udah gak wasting time ke hal-hal yang gak penting-penting banget. Dari situ, kita bisa lebih ngerasain punya banyak waktu, dan waktunya itu bisa dipakai dengan sesuatu yang lebih penting bagi kita seperti hobi yang bikin happy, kumpul bareng tongkrongan dan kumpul keluarga atau cari kesenangan lainnya.


  • Aku Hadir, Aku Ada

Hadirnya sebuah kesadaran penuh dalam setiap momen yang tengah dilakukan. Biasanya, perasaan kayak gini tuh bakalan kerasa waktu ngelakuin sesuatunya itu dengan cara menikmati dan ngerasa sangat “meaningful”.


  • Hubungan Baikku Dengan Alam

Menjalani Slow Living juga berarti hidup bisa lebih harmonis dengan alam. Ketika kita membuat keputusan yang berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan kita, hal ini juga berkontribusi pada kesehatan alam ini. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencapainya adalah dengan mengkonsumsi makanan lokal, menolak tren model yang berlebihan, mengutamakan berjalan kaki dan bersepeda jika memungkinkan. Dengan cara ini, kita turut berpartisipasi dalam menjaga keseimbangan alam dan lingkungan sekitar.


  • Hubungan Baikku Dengan Orang Terkasih

Hidup secara lambat mengartikan kita menguatkan dan mendalami hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan mengurangi tingkat stres dan memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri, kita dapat lebih berkomitmen dengan orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup kita (dan mungkin mengurangi komitmen dengan orang-orang yang kurang berarti). Ini berarti kita dapat memberikan perhatian dan cinta yang lebih mendalam kepada orang-orang terdekat dan menghargai momen-momen berharga bersama mereka. Dengan demikian, hidup lambat dapat membawa kebahagiaan dan kepuasan dalam hubungan interpersonal kita.




“Slow living memungkinkan kita mengundang lebih banyak intensionalitas ke dalam hidup kita.” (Natalie Gale)


Slow Living memungkinkan kita untuk membawa lebih banyak intensionalitas ke dalam kehidupan kita. Intensionalitas membantu kita menemukan makna dan kesenangan lebih dalam dalam aktivitas sehari-hari, mengingatkan kita mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, alih-alih hanya berjalan tanpa kesadaran dan tidak menikmati momen-momen kecil dalam hidup. Dengan hidup yang penuh kesadaran, kita dapat lebih menghargai setiap tindakan dan pengalaman, serta merasa lebih terhubung dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dalam hidup lambat, kita belajar untuk hidup dengan penuh kesadaran dan merangkul kehadiran dalam setiap detiknya.




Sedikit sebelum menutup tulisan, ada hal yang menarik, setelah berkenalan jauh dengan Slow Living yang membahas tentang belajar hidup dengan penuh kesadaran, ada satu hal lagi yang bagus buat disambung-sambungin (tapi nyambung xixixi). Konsep Slow Living ini ternyata relate dengan yang disampaikan pada Q.S Al-Hasyr ayat 18, yang bunyinya :


 


“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”

 


Perencanaan dalam melakukan sesuatu bagi umat muslim pun telah diberi panduan dan petunjuk. Bagaimana di setiap harinya itu, menjalani hidup bukan hanya sekadar hidup, tapi sambil berpikir, merenung dan berencana tentang apa yang akan dilakukan esok hari, esok lusa dan seterusnya, untuk apa melakukannya, kenapa harus melakukannya dan kepentingan apa yang hendak dipenuhinya. Dengan konsep hidup lambat atau Slow Living ini, diharapkan bisa sembari memikirkan bagaimana hidup kita bisa berjalan baik untuk memenuhi perintah Allah dangan kondisi yang sadar tanpa paksaan dan kenikmatan dalam menjalankannya.




SUMBER BACAAN :


https://slowlivingldn.com/what-is-slow-living/


https://www.thegoodtrade.com/features/what-is-slow-living/


https://yoursay.suara.com/lifestyle/2022/10/21/132428/berkenalan-dengan gaya-hidup-slow-living-dan-memaknai-definisinya


 





Amira Halimatu Sadiyah

Sang pengembara bumi yang atas izin tuhannya diperjalankan untuk mengarungi luasnya lautan hikmah.



0 Komentar





Ragam Lainnya