Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Salam susunan tokoh itu, yang terlebih dulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan jiwanya itu. Penulis lakon sudah menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya. Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping.
Dalam masyarakat kita, penamaan tokoh-tokoh biasanya dipertimbangkan dari segi watak, suku, usia, dan kelas sosial teretentu. Dari segi watak, ada nama-nama khas untuk tokoh-tokoh jahat dan nama-nama khas untuk nama-nama baik. Nama Kromodongso, misalnya, dikonotasikan pada tokoh yang tidak baik, dari kelas masyarakat rendahan, untuk orang usia tua, dan dari suku jawa. Lalu seperti Uling Rawapening, Simorodra, Bugel Kaliki, Jaka Soka, dan sebagainya, adalah nama-nama khusus bagi para algojo, para pencuri, pemahat, tukang emas, abdi dikraton, dan sebagainya. Jika seseorang bernama Cokrodiningrat, jelas itu bukan dari rakyat kebanyakan. Hal ini pun bisa menjadi salah satu identitas dari Tokoh Antagonis dan Protagonis.
Tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa, seperti berikut ini.
Sebagai contoh: dalam kisah Romeo dan Yuliet tokoh sentral adalah Romeo – Yuliet. Tokoh antagonis sekaligus tokoh sentral adalah Tybalt dan Paris. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pedeta Lorenso dan wakil keluarga Copulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentaram pangeran, inang, wakil-wakil Montague, dan wakil-wakil Copulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
Watak para tokoh harus konsisten dari awal sampai akhir. Watak tokoh protagonis dan tokoh antagonis harus memungkinkan keduanya menjalin pertikaian dan pertikaian itu berkemungkinan untuk berkembang mencapai klimaks. Kedua tokoh ini harulah tokoh-tokoh yang memiliki watak kuat (berkarakter) dan watak itu kontradiktif antar keduanya. Dapat juga keduanya memiliki kepentingan yang sama, saling berebut sesuatu, saling bersaing, dan sebagainya.
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional), yaitu keadaan fisik, keadaan psikis, dan keadaan sosiologis.
Yang termasuk ke dalam keadaan fisik adalah: umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suka senyum/cemberut, dan sebagainya.
Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosinya, dan sebagainya.
Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya.
Sumber: Walyu, Herman J.. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta. Hanindita.