Muhammad Saepul Rizal

Muhammad Saepul Rizal


LAKON LIMA BABAK - KAPAI-KAPAI - ARIFIN C. NOER (1970)
LAKON LIMA BABAK - KAPAI-KAPAI - ARIFIN C. NOER (1970)

DRAMATIC PERSONAE Abu Iyem Emak Yang Kelam Bulan Majikan Kakek Jin Putri Pangeran Bel Pasukan Yang Kelam Kelompok Kakek Seribu Bulan Yang Goyang-Goyang Gelandangan Tanjidor dll

DRAMATIC PERSONAE

 

Abu Iyem Emak

Yang Kelam Bulan Majikan Kakek

Jin Putri

Pangeran Bel

Pasukan Yang Kelam Kelompok Kakek

Seribu Bulan Yang Goyang-Goyang Gelandangan

Tanjidor dll

 

BAGIAN PERTAMA

DONGENG EMAK

 

Satu

EMAK

Ketika prajurit-prajurit dengan tombak-tombaknya mengepung istana cahaya itu, sang Pangeran Rupawan menyelinap diantara pokok-pokok puspa, sementara air dalam kolam berkilau mengandung cahaya purnama. Adapun sang Putri Jelita, dengan debaran jantung dalam dadanya yang baru tumbuh, melambaikan setangan sutranya dibalik tirai merjan, dijendela yang sedang mulai ditutup oleh dayang- dayangnya. Melentik air dari matanya bagai butir-butir mutiara.

ABU

Dan sang Pangeran, Mak ?

EMAK

Dan Sang Pangeran, Nak ? Duhai, seratus ujung tombak yang tajam berkilat membidik pada satu arah ; purnama di angkasa berkerut wajahnya lantaran cemas, air kolam pun seketika membeku, segala bunga pucat lesu mengatupkan kelopaknya, dan...

ABU

Dan Sang Pangeran selamat, Mak ?

EMAK

Selalu selamat. Selalu selamat.

ABU

Dan bahagia dia, Mak ?

EMAK

Selalu bahagia. Selalu bahagia.

ABU

Dan sang Putri, Mak ?

EMAK

Dan sang Putri, Nak ? Malam itu merasa lega hatinya dari tindihan kecemasan. Ia pun berguling-guling bersama Sang Pangeran dalam mimpi yang sangat panjang, diaman seribu bulan menyelimuti kedua tubuh yang indah itu penuh cahaya.

ABU

Dan bahagia, Mak ?

EMAK

Selalu bahagia. Selalu bahagia.

MAJIKAN

Abu !

EMAK

Sekarang kau harus tidur. Anak yang ganteng mesti tidur sore-sore.

ABU

Sang Pangeran juga tidur sore-sore, Mak ?

EMAK

Tentu. Sang Pangeran juga tidur sore-sore karena dia anak yang ganteng. Kau seperti Sang Pangeran Rupawan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Mak ?

MAJIKAN

Abu !

ABU

Bagaimana keduanya bisa senantiasa selamat ?

MAJIKAN

Abu !

EMAK

Berkat cermin tipu daya.

ABU

Berkat Cermin Tipu Daya, Mak ?

MAJIKAN

Abu !

EMAK

Semuanya berkat Cermin Tipu Daya.

ABU

Cuma berkat itu ?

MAJIKAN

Abu !

EMAK

Cuma berkat itu.

ABU

Cuma.

MAJIKAN

Abu ! Abu !

ABU

.... di mana cermin itu dapat diperoleh, Mak ?

EMAK

Jauh nun di sana kala semuanya belum ada (KELUAR)

MAJIKAN

Bangsat ! Tuli kamu ?

ABU

Mak ?

 

Dua

 

YANG KELAM

Ini adalah tahun 1930 dan bukan tahun 1919. Kau harus segera mengenakan pakaian pesuruhmu (Keluar)

 

Tiga

SETELAH IA MENGENAKAN PAKAIANNYA SEBAGAI PESURUH KANTOR TERDENGAR GEMURUH SUARA PABRIK

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Hamba, Tuan.

MAJIKAN

Bangsat kamu ! Kerja sudah hampir tiga tahun masih saja kamu melakukan kesalahan yang sama. Lebih bodoh kamu dari pada kerbau.

 

Empat

 

EMAK

Anak yang ganteng tidak boleh menangis. Apakah kau tidak malu kepada Sang Putri Rupawan ? Setelah mencuci kaki, kau harus                                                      mengenakan pakaianmu yang kotor, nanti emak akan mendongeng lagi. Sudah bersih kakimu ? Ketika Sang Pangeran turun dari kudanya yang putih bersinar, ia melihat gua itu dikejauhan. Namanya gua cahaya tapi lebih sering disebut gua hantu.

 

ABU (Ketakutan)

EMAK

Tidak usah takut. Ada Emak. Telah beratus-ratus ksatria dan raja-raja dan pangeran-pangeran yang mencoba menerobos gua itu, semuanya musnah dibunuh oleh hantu-hantu penjaga harta karun itu. Di angkasa serombongan mendung yang maha hebat membendung sang surya, sehingga alam yang siang menjadi gelap gulita. Sayup-sayup kelihatan pintu gua itu bagaikan mulut raksasa dengan sinar yang memancar dari dalam. Sang Pangeran menggeleng-gelengkan kepala kagum karena tahu sinar itu adalah sinar permata-permata yang tertimbun disana. Tatkala angin pun sirna, Sang Pangeran telah memacu kudanya ke arah mulut gua. Tak ada suara kecuali derap kuda dengan ringkiknya. Ketika kuda itu berada didepan pintu gua, sekonyong-konyong serombongan                                                               mendung yang tebal tadi menyerang mengepung Sang Pangeran. Tahulah kini Sang Pangeran bahwa mendung itu adalah hantu-hantu.

ABU

Dan Sang Pangeran, Mak ?

EMAK

Dan Sang Pangeran, Nak ?Amboi, berjuta kuku dan taring lancip bagai ujung- ujung belati rapat mengancam Sang Pangeran ; dari atas dari bawah, dari kiri dari kanan, dari muka dari belakang. Rupanya hantu- hantu itu berdengus sehingga seketika erjadi topan dasyat yang amat bacin baunya.

ABU

Dan Sang Pangeran, Mak ?

EMAK

Dan Sang Pangeran, Nak ? Dengan Cermin Tipu Daya, kuku-kuku dan taring- taring yang berjuta-juta itu seketika mencair sehingga hujan deraslah yang kini ada. Maka dalam kehujanan itu pun, Sang Pangeran mengacungkan cerminnya dan terbukalah pintu gua dengan sendirinya. Langit telah kembali sebagai wajarnya, yang penuh cahaya surya ketika Sang Pangeran memboyong harta permata itu ke Istana Cahaya dimana Sang Putri menanti dipelaminan.

ABU

Dan bahagia, Mak ?

EMAK

Selalu bahagia. Selalu bahagia.

ABU

Dan Sang Putri, Mak ?

EMAK

Sang Putri berdebar menanti dipelaminan, sementara rakyat seluruh kerajaan berpesta. Dan ketika Sang Pangeran muncul di gerbang Istana Cahaya dengan di iringi kuda-kuda yang mengangkut peti-peti harta, seketika bergetarlah dada Sang Putri yang baru tumbuh itu dan sekalian rakyat bersorak-sorak mengelu-elukan. Kedua mempelai itu telah berpadu dalam lautan permata yang sangat menyilaukan. Lautan harta seharga berjuta-juta nyawa manusia.

ABU

Keduanya bahagia, Mak ?

EMAK

Selalu bahagia. Selalu bahagia.

ABU

Berkat Cermin Tipu Daya, Mak ?

EMAK

Berkat Cermin Tipu Daya.

ABU

Dimana Cermin itu dapat dibeli, Mak ?

EMAK

Jauh nun di ujung dunia... disebuah toko milik Nabi Sulaiman...

ABU

Dan harganya, Mak ?

EMAK

Nanti kau sendiri pasti tahu. Nanti. Pasti.

ABU

Bahagia, Mak ?

EMAK

Pasti bahagia. Selalu bahagia. Sekarang bayangkan bagaimana kalau kau menjadi Sang Pangeran Rupawan. Kau niscaya dapat merasakan dengan lebih nyata apabila kau lelap tidur. Nah, sekarang pejamkan kedua matamu. Tidur. Burung- burung pun sudah tidur. Tidur. Matahari pun sudah tidur. Tidur. Pohon-pohon pun sudah tidur. Tidur seantero alam telah mendengkur. Tidur.

 

Lima

 

EMAK

Bulan !

BULAN

Ya, Mak.

EMAK

Selimuti keduanya.

BULAN

Kalau dia terbangun.

EMAK

Tidurkan lagi.

BULAN

Kalau dia terjaga lagi ?

EMAK

Mabukkan dia.

BULAN

Kalau sadar lagi ?

EMAK

Pingsankan dia.

BULAN

Kalau dia siuman lagi ?

EMAK

Itu urusan Yang Kelam. Sekarang Emak akan menyelesaikan karangan Emak yang terakhir. Aneh sekali dalam roman Emak kali ini Abu telah  mulai menemukan kunci teka-teki kita. Ia semakin menginsyafi bagaimana selama ini ia kita perdayakan. Namun bagaimana pun, Emak tetap berharap ia akan tetap patuh kepada kita. Sudah menjadi kodratnya bagaimana pun ia memerlukan hiburan dan hanya kitalah yang mampu memenuhi kebutuhan itu. Tetapi juga ini tidak berarti bahwa kita bisa bekerja secara improvisasi seperti yang sudah-sudah. Di manakah Yang kelam ?

 

YANG KELAM

Saya di sini, Mak.

EMAK

Kau dengar apa yang baru Emak katakan ?

YANG KELAM

Tak satu kata pun lewat dari telingaku, Mak.

EMAK

Satu hal lagi; kita harus sistematik. Selama kita masing-masing tetap pada pos kita, Emak yakin tak satu pun pekerjaan kita yang meleset.

YANG KELAM

Dia tidur ?

EMAK

Tidur, tidak. Tidak tidur, tidak. Seperti yang sudah-sudah, seperti yang lain-lain juga, ia sudah mati tapi ia tidak tahu.

YANG KELAM

Saya beritahu dia ?

EMAK

Belum waktunya. Berapa umur kau ?

YANG KELAM

Dua puluh satu.

EMAK

Kita perpanjang amat panjang. Pada usiamu yang ke 70 beritahulah dia.        Ingat jangan ulang cara yang usang.

BULAN

Beritahu sekarang saja dia.

EMAK

Kau selalu punya belas, Bulan.

BULAN

Dia orang miskin.

EMAK

Justru akan kita perkaya. Ah, sudahlah. Kau dapat menolongnya dengan cara yang menghiburnya. Waktu Emak habis. Emak harus mengarang.

 

Enam

 

BULAN (Menyanyi)

Andai kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku memancar        pun        bukan milikku. Kecantikkanku pun bukan milikku.

YANG KELAM

Jangan nyanyikan nyanyian itu lagi nanti Emak marah lagi.

BULAN

Kau yang salah.

YANG KELAM

Tak ada yang salah.

BULAN

Kau yang salah. Kalau kau tak ada.

YANG KELAM

Adaku bukan minatku. Tapi kalau aku tak ada kau pun dan segala pun          tak ada.

BULAN

Kenapa kau tidak memilih tidak ada ?

YANG KELAM

Karena kita ada. Dan begitu saja ada.

BULAN

Karena ada mula, karena ada mula.

YANG KELAM

Maka ada akhir dan akulah itu. Dia dan aku.

BULAN

Karena ada, itulah kesalahannya.

YANG KELAM

Kita hanya menjalani kodrat. Jalanilah kodrat maka kita akan selamat.

BULAN (Menyanyi)

Andai kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku memancar pun bukan milikku.

YANG KELAM

Jangan menyanyi. Mengeramlah kalau bisa atau diam.

BULAN

Aku hanya bisa menyanyi. Pun begitu nyanyian buakn pula milikku.

YANG KELAM

Perempuan cengeng.

BULAN

Lelaki kejam. Kembalikan Cermin Tipu Daya itu.

YANG KELAM

Kau tak akan memilikinya lagi.

BULAN

Sudah satu abad kau pinjam.

 

YANG KELAM

Dan aku tak akan pernah mengembalikan kepadamu. Ya, sejak satu abad yang lalu Abu sudah mulai menginsyafi bahwa puncak bahagia ada pada diriku, tatkala ia melihat pada cerminku.

BULAN

Cerminku ! Cerminku !

YANG KELAM

Dulu. Sekarang milikku.

BULAN

Kau kejam. Kau tak punya kasihan. Kalau dia bercermin pada kau hanya malam yang kau tampilkan.

 

YANG KELAM

Memang dia hanya punya malam. Akulah dia. Ini pun kodrat. Ia tak dapat melepaskan diri dari kodrat ini.

BULAN

Konyolnya.

YANG KELAM

Itulah jawaban dari segalanya. Konyol.

 

ABU BANGUN, MENGIGAU. BULAN DAN YANG KELAM KELUAR.

 

BULAN (Menyanyi)

Kalau kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku           memancar pun bukan milikku. Andai kau mabuk jangan salahkan daku. Kecantikkanku pun bukan milikku.

 

Tujuh

 

IYEM

Monyong lu ! Lelaki macam lu ? Kerbau ? Babi ?

 

ABU (Bingung)

Jam berapa, Yem ?

IYEM

Jam berapa ? Beduk sampai coblos dipalu orang juga kau masih enak- enak ngorok. Apa kamu tidak mau kerja ?

ABU

Bukan begitu.

IYEM

Baik kalau kamu mau enak-enak ngorok biar saya yang kerja. Apa dikira tidak bisa ? Saya kira saya masih cukup montok untuk melipat seribu lelaki hidung belang di ketiak saya.

ABU

Kau jangan bicara sekasar itu.

IYEM

Kamu lebih kasar lagi. Tidur sama istri kamu masih mimpi yang tidak-tidak. Tuh lihat tikar basah begitu. Kalau kau sudah bosan dengan saya bilang saja terus terang. Jangan sembunyi-sembunyi. Ayo, kau mimpi dengan siapa ? Dengan si Ijah yang pantat gede itu ? Bangsat !

ABU

Mimpi ?

IYEM

Jangan main lenong (Menangis) Memang saya sudah peot. Habis manis sepah dibuang.

ABU

Jangan bicara begitu.

IYEM

Memang begitu.

ABU

Tidak seperti yang kau bayangkan.

IYEM

Memang begitu.

ABU

Diamlah, Yem.

IYEM

Memang begitu.

ABU

Iyem.

IYEM

Saya bunting kau tidak tahu.

ABU

Bunting ? Kau bunting ?

IYEM

Kata Emak.

ABU

Kau bunting ?

IYEM

Kalau tidak apa namanya ?

ABU

Iyemku. Iyemku (Keduanya Menari)

IYEM

Pepaya bunting isinya setan. Dimakan dukun dari Sumedang. Perut aye bunting isinya intan. Ditimang sayang anak disayang.

ABU

Pohon pisang tidak berduri. Pagar disusun oleh rembulan. Mohon abang lahir si putri.

Biar disayang setiap kenalan. Iyemku. Iyemku.

IYEM

Abuku. Abuku (Keduanya Berpelukan) Kau masih cinta pada Iyem ?

ABU

Selalu cinta. Selalu cinta.

IYEM

Kau masih sayang pada Iyem ?

ABU

Selalu sayang. Selalu sayang.

IYEM

Iyem minta anu.

ABU

Minta apa, Yem ?

IYEM

Minta anu.

ABU

Anu apa ?

IYEM

Iyem ngidam.

ABU

Minta rujak asam, Yem ?

IYEM

Bukan.

ABU

Apa Iyem ?

IYEM

Kerupuk.

ABU

Kerupuk udang, Yem ?

IYEM

Bukan.

ABU

Kerupuk terigu, Yem ?

IYEM

Bukan.

ABU

Kerupuk plastik, Iyem ?

IYEM

Bukan. Iyem, bilang !

ABU

Iyem.

IYEM

Kepingin.

ABU

Kepingin.

IYEM

Kerupuk.

ABU

Kerupuk.

IYEM

Apa yo ?

ABU

Apa yo ?

IYEM

Apa ?

ABU

Apa ?

IYEM

Kerupuk.

ABU

Kerupuk.

IYEM

Kerbau !

ABU

Kerbau !

IYEM

Horee !

ABU

Berapa kilo, Iyem ?

IYEM

Satu biji.

ABU

Lainnya, Yem ?

IYEM

Anu.

ABU

Anu apa, Iyem ?

IYEM

Cium.

ABU

Berapa kali, Iyem ?

IYEM

Seribu kali (Mereka Berciuman)

ABU

Bau pete. Kau makan pete ?

IYEM

tadi di rumah si Ipoh. (Mereka Pun Berciuman)

 

Delapan

 

YANG KELAM BERSAMA PASUKANNYA MEMUKUL LONCENG EMAS KERAS SEKALI. ARUS WAKTU DERAS MELANDA KEDUANYA. IYEM MELAHIRKAN DAN SETERUSNYA. ABU TERPUTAR DALAM RODA KERJA RUTINNYA.

 

MAJIKAN

Abu !

ABU

Ya, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Ya, Tuan.

MAJIKAN

Abu !

ABU

Ya, Tuan.

 

SERIBU    MAJIKAN    MEMRINTAH    ABU.    MENJERAT    LEHER    ABU MENJERIT. SERIBU TANGAN MAJIKAN DI KEPALA ABU.

 

Sembilan

 

YANG KELAM

Ini adalah tahun 1941. Ini bukan tahun 1919. Dia dilahirkan di Salam, 6 km dari kota Solo. Dia dibesarkan di Semarang. Kemudian ia pindah ke Tegal. Kemudian ia pindah ke Cirebon. Kemudian ia pindah ke Jakarta.   Kemudian  ia  akan mati pada tahun 1980.

IYEM

Tidak. Abu jangan hiraukan. Hidup saja hidup. Habis perkara. Terlalu banyak pertanyaan untuk terlalu sedikit waktu.

 

 

 

 

 

 

 

 

LAYAR

 

BAGIAN KEDUA

(BURUNG, DI MANAKAH UJUNG DUNIA ?)

 

Satu

ABU

Burung, di manakah ujung dunia ?

 

BURUNG

Di sana.

 

ABU

Katak, di manakah ujung dunia ?

 

KATAK

Di sana.

 

ABU

Rumput, dia manakah ujung dunia ?

 

RUMPUT

Di sana.

 

ABU

Embun, di manakah ujung dunia ?

 

EMBUN

Di sana.

 

ABU

Air, di manakah ujung dunia ?

 

AIR

Di sana. (Semua Menertawakan Abu)

 

ABU

Batu, di manakah ujung dunia ?

 

BATU

Di sana. (Semua Menertawakan Abu)

 

ABU

Jangkerik, di manakah ujung dunia ?

 

JANGKERIK

Di sana. (Semua Menertawakan Abu)

 

ABU

Kambing, di manakah ujung dunia ?

 

KAMBING

Di sana.

 

ABU

Kambing, di manakah di sana ?

 

KAMBING

Di sana.

 

ABU

Pohon, di manakah di sana ?

 

POHON

Di sana.

 

ABU

Kakek, di manakah di sana ?

 

KAKEK

Di sini.

 

ABU

Di mana ?

 

KAKEK

Di sini.

 

ABU

Di sini ?

 

Dua

 

KAKEK

Di sana di sini sama saja. Semuanya tak berarti. Yang kau cari adalah agama. Tak ada obat yang paling mujarab selain agama.

 

ABU

Saya tidak sakit.

 

KAKEK

Tak ada tempat yang paling teduh dan tak ada obat pelelah selain agama.

 

ABU

Saya tidak cape.

 

KAKEK

Segala teka-teki silang pasti tertebak oleh agama.

 

ABU

Saya tak butuh semua itu. Saya butuh Cermin Tipu Daya.

 

KAKEK

Apa itu Cermin Tipu Daya ?

 

ABU

Cermin Tipu Daya adalah penangkis segala bala. Penyelamat segala Pangeran dalam dongeng purbakala.

 

KAKEK

Inilah dia. Cermin sejati. Bukan plastik. Terbuat dari air danau purbani. Lihatlah semua tampak jelas di sini. Lihatlah.

 

ABU

Wajah siapa itu ?

 

KAKEK

Wajahmu.

 

ABU

Wajah saya ?

 

KAKEK

Siapa lagi ?

 

ABU

begini tua ?

 

KAKEK

Kau begitu jernih cahayanya.

 

ABU

Begini tua. Lebih sengsara dari nyatanya. Begini miskin.

 

KAKEK

Di sini, kau miskin dan kaya sekaligus.

 

ABU

Saya tidak mengerti.

 

KAKEK

Tak lama lagi kau akan mengerti, kalau mau dengar apa yang saya baca.

 

ABU

 

Kalau saya tetap tidak mengerti ?

 

KAKEK

Kau adalah insan yang malang.

 

ABU

Kalau begitu cobalah bacakan satu baris.

 

KAKEK

Dia Tuhan.

 

ABU

Tuhan.

 

KAKEK

Tuhan.

 

ABU

Tuhan.

 

KAKEK

Yang menciptakan kita.

 

ABU

Tuhan.

 

KAKEK

Yakinlah.

 

ABU

Kalau begitu Dia yang memulai segala ini ?

 

KAKEK

Juga yang akan mengakhiri segalanya.

 

ABU

Mulai dan mengakhiri ?

 

KAKEK

Membangun dan meruntuhkan sekaligus.

 

ABU

Saya jadi bodoh.

 

KAKEK

Kau memang bodoh. Dan ketika kau dihidupkan ajal disisipkan dalam salah satu tulang igamu. Dialah-Tuhan.

 

ABU

Tuhan.

 

KAKEK

Dialah-Tuhan.    Yang   telah    menciptakan    jagad    raya    dan   seisinya.    Maka bersyukurlah kau kepadaNya. Maka bersembahlah kau kepadaNya. Maka patuhlah kau kepada firman-firmanNya. Maka perbuatlah segala           perintah- perintahNya.            Maka  jauhilah              segala larangan-laranganNya.                                      Barang     siapa melanggra neraka hukumannya. Barang siapa petuh sorga upahnya.

 

ABU

Neraka ?

 

KAKEK

Api sengsara yang menjilat-jilat.

 

ABU

Sorga ?

 

KAKEK

Bahagia di atas bahagia.

 

ABU

Barangkali itu ujung dunia ?

 

KAKEK

Memang salah satu ujungnya. Di sana Sorga. Di situ Neraka.

 

ABU

Di sana juga tinggal Nabi Sulaiman ?

 

KAKEK

Oya.

 

ABU

Kalau begitu ada juga Cermin Tipu Daya ?

 

KAKEK

Barangkali. Saya tidak begitu pasti.

 

ABU

Di jual ?

 

KAKEK

Kalau ada dengan cuma-cuma kua dapat memilikinya.

 

ABU

Kau pasti ?

 

 

KAKEK

Kalau ada.

 

ABU

Kau belum pernah kesana ?

 

KAKEK

Ke sana ke mana ?

 

ABU

Ke sorga.

 

KAKEK

Siapa pun belum.

 

ABU

Bagaimana kau tahu Nabi Sulaiman ada di sana ?

 

KAKEK

Kau memang buta huruf. Dalam kitab agama lengkap segala tanda-tanda.

 

ABU

Kalau begitu tunjukilah saya cara menuju sorga.

 

KAKEK

Bersembahlah kau KepadaNya.

 

ABU

Baik. Berapa lama saya mesti menyembah ?

 

KAKEK

Sampai kau mati.

 

ABU

Ha ?

 

KAKEK

Sampai kau mati. Atau dengan kalimat yang lebih baik ; sampai saat kau dilepaskan dari beban jasmani.

 

ABU

Lalu kapan saya sempat mengecap sorga ?

 

KAKEK

Ketika kau mati.

 

ABU

 

Ha ?

 

KAKEK

Begitulah. Ketika kau mati kau akan sampai ke sana.

 

ABU

Harus sampai ke batas mati untuk sampai ke sana ?

 

KAKEK

Harus sampai ke batas mati untuk samapai ke sana.

 

ABU

Harus tidak ada untuk ada ?

 

Tiga

 

LENGKING SULING TAJAM PANJANG.

 

IYEM

Abu, di mana kau ? Abu ? Abu ? Abu ?

 

KEKAK

Sudah waktu sembahyang. Sampai cahaya menimpa dirimu. ( Kelompok Kakek Dalam Koor)

 

KOOR

Inggih

 

KAKEK

Hai manusia.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Hai manusia.

 

KOOR

Inggih

 

KAKEK

Tuhan Pencipta.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Tuhan pengasih.

 

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Tuhan Penuntut.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Turut perintahNya.

 

KOOR

Inggih

 

KAKEK

Ketawalah

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Menagislah

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Ketawalah dala menangis.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Menangislah dalam ketawa

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Apa yang kau cari dalam hidup ini.

 

KOOR

Bahagia.

 

KAKEK

Apa yang kau cari dalam hidup ini.

 

 

KOOR

Bahagia.

 

KAKEK

Apa yang kau cari dalam hidup ini.

 

KOOR

Bahagia.

 

KAKEK

Apa yang kau cari dalam hatimu sendiri.

 

KOOR

Bahagia.

 

KAKEK

Apa yang di rindu. Apa yang di mau. Apa yang dituju. Bahagia.

 

KOOR

Laras dan padu. Laras dan padu. Diri yang alit dan Diri yang maha.        Laras dan padu, pasrah, sembah, pasrah sembah Bergayut diri padaNya.

 

KAKEK

Mengandung diri dalam keagunganNya. Bahagia kita dalam kebahagianNya. Hai manusia.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Hai manusia.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Menyatulah dalam diriNya.

 

KOOR

Inggih.

 

KAKEK

Padulah dirimu dalam diriNya.

 

KOOR

Inggih. (Kelompok Kakek Berlalu Dalam Koor)

 

Empat

 

ABU TEPEKUR. HUTAN SUNYI DALAM BADAI

 

IYEM

Kau jangan diam saja kayak sandal dobol.

 

ABU

Ada apa ?

 

IYEM

Kau betul-betul sandal dobol. Hujan begini deras. Air sudah sampai ke           lutut. Rumah ini seperti tak beratap. Ini bukan lagi bocor. Ya Tuhan.  Dengan  apa mesti kita hentikan hujan jahanam ini ? Terlalu banyak   musuh kita. Di darat. Di udara. Tuhan. Tuhan.

 

ABU               : ...

 

Iyem. Ya, Tuhan. Ya, Tuhan. Kau memang sandal dobol. Banjir. Banjir. Banjiiiir

(Keluar)

 

 

Lima

 

ABU TEPEKUR

 

YANG KELAM

Ini adalah tahun 1960. ini bukan tahun 1919. Dia akan mati pada tahun 1980. Sudah waktunya kerut ditambah pada dahinya.

 

ABU

Tobat, apa yang telah kau lakukan ?

 

YANG KELAM

Menyobek kalender.

 

 

ABU

Hilang lagi.

 

 

 

Enam

 

ABU TEPEKUR, EMAK MUNCUL

 

 

EMAK

Kau tidak boleh duduk tepekur dengan wajah kusut seperti itu. Nanti kau    lekas tua. Coba lihat. Apa yang terjadi pada wajahmu ?

 

ABU

 

Tiba-tiba matahari menyergap tadi dan memberi coreng pada wajah saya.

 

EMAK

Coba kau tengadah. Nah, ia telah memberikan luka terlalu banyak pada dahimu. Ia telah melipatkan jumlah yang sebenarnya. Kau menangis. Anakku, kau tak boleh seperti itu.

 

ABU

Aku telah mencarinya tapi aku tak menemukannya.

 

EMAK

Apa yang telah kau lakukan ?

 

ABU

Aku telah berusaha mencari ujung dunia.

 

EMAK

Buat apa ?

 

ABU

Aku perlu ke toko Nabi Sulaiman. Aku mau beli Cermin Tipu Daya.

 

EMAK

Kua pasti belum mendapatkannya.

 

ABU

Aku tidak mendapatkannya.

 

EMAK

Belum.

 

ABU

Aku tidak mendapatkan apa-apa.

 

EMAK

Belum. Ah, jangan suka beraduh kesah. Yang sangat kau perlukan     sekarang adalah rekreasi banyak-banyak. Emak bawa oleh-oleh. (Tepuk)

 

Tujuh

 

ROMBONGAN LENONG

 

RAJA JIN

Hahaha. Akulah raja jin. Jin Bagdad namaku. Aku telah curi Putri Cina paling ayu. Aku mau persunting dia jadi permaisuriku.

 

PUTRI CINA

 

Akulah Putri Cina yang malang. Yang baru saja tidur bermimpi di atas ranjang. Mimpi bercumbu dengan seorang Pangeran dari Jepang. Begitu sedang meluap nafsuku dadanya yang lapang. Dan tangan Pangeran membelai rambutku yang panjang. Tiba-tiba si bandot Raja Jin dari Bagdad datang. Tak dinyana ia sekonyong bertengger di jendela, di atas  permadani terbang. Aduh Tuhanku Yang Maha Kuasa, tolonglah hambamu yang maha malang. Dari cengkeraman dan ciuman Raja Jin yang berkumis panjang.

 

RAJA JIN

He Putri Cina Ayu.

 

PUTRI CINA

Tolong.

 

RAJA JIN

He Putri Cina Ayu.

 

PUTRI CINA

Tolong.

 

RAJA JIN

Lihatlah bulan di atas sahara dan bintang bertebar bagai pijar bara.             Lihatlah daunan kurma melambai tanpa suara. Dan wahai jernih airnya tenang tak bertara. Itulah semua lambang aku punya gairah asmara. Kuadukan kini dendam nafsuku tanpa pura-pura. Dihadapanmu he Putri   Cina bak Si Gahara.

 

PUTRI CINA

Tolong. Maling.

 

RAJA JIN

Akulah Gatotokoco gandrung.

 

PUTRI CINA

Maling.

 

RAJA JIN

Akulah Romeo.

 

PUTRI CINA

Maling.

 

RAJA JIN

Akulah Pronocitro.

 

PUTRI CINA

Maling.

 

RAJA JIN

 

Akulah Qais yang dahaga di atas sahara.

 

PUTRI CINA

Tolong.

 

PANGERAN

Tenang, tuan-tuan. Tenang ! Jangan tajut. Jangan cemas. Tuan-tuan Pangeran Rupawan telah berada dihadapan tuan-tuan. Inilah lakon secara bahagia akan diselesaikan dengan pertarungan seru dan penuh ketegangan. Antara Raja Jin Bagdad dan aku Sang Pangeran Tampan. Tenang tuan-tuan. Putri Cina Ayu akan kuselamatkan. He hidung belang. Jangan ganggu wanita itu.

 

RAJA JIN

Ha, ini pula ikut campur nafsu orang. Minggir.

 

PANGERAN

Minggir.

 

RAJA JIN

Minggir atau kulempar ke laut Hindia. Atau kau ingin lumat karena kuludahi ? Haha.

 

PANGERAN

Ha ha ha.

 

RAJA JIN

Apa ketawa ? Moncong sekecil itu. Minggir.

 

PANGERAN

Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun matamu ?

 

RAJA JIN

Bah ! Kupanggang kau ! Kusate kau ! Kurebus kau ! Kutumbuk kau !

 

PANGERAN

Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun   matamu ?

 

RAJA JIN

Bah ! Gua gampar lu ! Gua palu lu !

 

PANGERAN

Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun   matamu ?

 

RAJA JIN

Oh, oh, oh Cermin Tipu Daya. Cair aku. Cair aku oleh sinarnya. Tolong. Tolooong.

 

PUTRI CINA

 

Terima kasih, Tuan, terima kasih. Pertolongan tuan menyelamatkan diriku sebagai perawan. Terima kasih tua, oh saya masih tetap bersih. Tuan, maukah tuan, e e, saya ingin jadi istri tuan.

 

PANGERAN

Tentu. Tentu. Memang begitulah akhir lakon harus berlaku.

 

DUET

Senantiasa bahagia berkat Cermin Tipu Daya. Sekali lagi jangan lupa berkat Cermin Tipu daya.

 

 

ABU BERSUIT KEMUDIAN BERTEPUK TANGAN DENGAN GEMBIRA

 

Delapan

 

EMAK

Semangatmu kembali pulih.

 

ABU

Aku telah lahir kembali.

 

EMAK

Kau bahkan montok.

 

ABU

Aku kembali jadi bayi.

 

EMAK

Segar.

 

ABU

serasa pagi hari. Matahari. Angin pagi. Sisa embun. Udara yang bersih.

 

EMAK

Wajahmu merah karena darah yang padat gairah.

 

ABU

Aku sedikit pun tak goyah oleh pukulan-pukulan waktu.

 

EMAK

Kau tahu berkat apa ?

 

ABU

Berkat Emak.

 

EMAK

Tidak begitu. Kau harus menyebutnya berkat harapan.

 

 

DUET

Ya berkat harapan. Sekali lagi berkat harapan. Hanya harapan. Peganglah selalu harapan. Obat mujarab bagi seluruh anggota keluarga. Sekali lagi jangan lupa : Harapan.

 

Sembilan

 

MAJIKAN

Abu ! Abu !

 

ABU (Diam)

 

MAJIKAN

Anjing !

 

ABU (Merangkak) Ya, Tuan.

 

MAJIKAN

Anjing !

 

ABU

Ya, Tuan.

 

MAJIKAN

Anjing !

 

ABU

Ya, Tuan.

 

MAJIKAN

Anjing !

 

ABU

Ya, Tuan. (Merangkak)

 

MAJIKAN

Ini pesangonmu ! Keluar ! Hancur perusahaan !

 

 

Sepuluh

 

IYEM MENANGIS MENUBRUK ABU

 

IYEM

Beras kita habis. Mamat dikeluarkan dari sekolahnya. Si Siti ternyata bunting. Lotre kita tidak kena lagi.

 

 

 

Sebelas

 

YANG KELAM

Satu-satunya kesalahannya adalah kelahirannya dan ia bernama manusia. Sekiranya Adam yang satu ini tidak memiliki apa yang di sebut impian, niscaya ia dapat merasa aman. Ia tak akan tahu apa-apa, tak akan pernah mengalami apa-apa, bahkan apa yang disebut mati. Tetapi semuanya seperti tinta yang terlanjur tumpah, dan lagi buah Kuldi itu pun Ia sajikan di hadapannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAYAR

 

BAGIAN KETIGA

MATAHARI MELESAT, BULAN BERPUSING-PUSING

 

Satu

 

GEMURUH MESIN. SEBUAH KANTOR. PEKERJA-PEKERJA

 

MAJIKAN II

Jadi kau adalah ..-

 

ABU

Ya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Kau jangan lupa. Kau adalah ..-

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Apa pun yang terjadi kau adalah ..-

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Siapa namamu ?

 

ABU

Abu, Tuan.

 

MAJIKAN II

Bukan. Kau adalah ..-

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Hafalkan itu.

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Bagaimana ?

 

ABU

 

..-

 

MAJIKAN

Bagus. Berapa jumlahnya ?

 

ABU

Dua pendek satu panjang.

 

MAJIKAN II

Bagus. Berapa ?

 

ABU

Dua pendek satu panjang.

 

MAJIKAN II

Bagus. Siapa namamu sebenarnya ?

 

ABU

..-

 

MAJIKAN II

Siapa ?

 

ABU

Dua pendek satu panjang.

 

MAJIKAN

Bagus (Menekan Bel ) Nama siapa ini ?

 

ABU

Bukan nama saya.

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

Ini siapa ?

 

ABU

Orang lain.

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

Ini ?

 

ABU (Ketawa)

 

MAJIKAN II

Siapa ?

 

ABU

Saya, Tuan.

 

 

MAJIKAN II

Kenapa ketawa ?

 

ABU

Gampang.

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

 

ABU

Saya, Tuan

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

 

ABU

Bukan saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Siapa ?

 

ABU

Tak peduli saya.

 

MAJIKAN II

Kau memang sekrup yang baik. (Ngebel)

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II (Menekan Bel)

 

ABU

Saya, Tuan.

 

MAJIKAN II

Cukup. Besok kau mulai bekerja.

 

ABU

Saya, Tuan.

 

Dua

 

ABU KETAWA. KELOMPOK KAKEK LEWAT. YANG KELAM LEWAT. ABU MEMANGGIL BEL.

 

BEL

Bagaimana ? Senang ?

 

ABU

Luar biasa. Banyak kau bantu saya.

 

BEL

Titik titik setrip

 

ABU

Ada apa ?

 

BEL

Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memanggil namamu.

 

ABU

Senang saya.

 

BEL

Tet tet teeeeet.

 

ABU

Sangat merdu suaramu.

 

BEL

Tet tet teeeeet.

 

ABU

Saya yakin saya akan tetap gesit bekerja sampai umur saya 60 tahun. Selama kau tetap ada maksud saya.

 

BEL

Tentu. Saya akan tetap setia membantumu.

 

ABU

Sejak sekarang saya akan bergantung kepadamu.

 

BEL

Tentu.

 

ABU

Suaramu jelas lebih lantang daripada jerit Pak Direktur.

 

BEL

O ya.

 

ABU

Dulu waktu saya masih bekerja di percetakan betul-betul sial saya.     Hampir setiap jam saya kena marah.

 

BEL

Kenapa begitu ?

 

ABU

Tuan saya dulu mempunyai mulut yang lebar tapi suaranya seperti cicit tikus. Setiap dia memanggil saya selalu seperti tersumbat lehernya. Tentunya saja saya sangat kerap tidak mendengar panggilannya dan akibatnya dia marah-marah.

Padahal kalau dia tahu diri, satu-satunya yang patut dimarahi adalah lehernya.

 

BEL

Lucu juga.

 

ABU

Tapi menyakitkan. Bel.

 

BEL

Hm ?

 

ABU

Saya senang sama kamu.

 

BEL

Saya harap begitu.

 

ABU

Kehadiranmu sungguh-sungguh membantu pekerjaan saya. Kau telah membuat saya menjadi seorang yang gesit. Bel.

 

BEL

Hm ?

 

ABU

Saya senang sama kamu.

 

BEL

Tet tet teeeeet.

 

ABU

Ada apa ?

 

BEL

 

Saya senang sama kamu.

 

 

Tiga

 

KELOMPOK KAKEK LEWAT. YANG KELAM LEWAT. GEMURUH MESIN ROBOT ABU. BUNYI BEL.

 

ABU

Saya, Tuan.

 

BUNYI BEL

 

ABU

Saya, Tuan.

 

BUNYI BEL

 

ABU

Saya, Tuan.

 

 

BUNYI BEL DAN ABU MENARI

 

 

 

Empat

 

 

IYEM

Kita bunuh saja (Abu Meludah) Kita bunuh saja (Abu Meludah) Kita bunuh saja.

 

ABU

Siapa ?

 

IYEM

Entah (Iyem Meludah)

 

ABU

Saya ? (Iyem Meludah) Kau. Kita bunuh saja.

 

IYEM

Orok kita saja.

 

ABU

Kita harus tahan. Setidaknya satu hari lagi anggap saja puasa.

 

IYEM

Ini hari kelima. Lapar. Lapar. Lapar. Lapar.

 

ABU

Jangan hitung.

 

 

IYEM

Kita bunuh saja.

 

ABU

Kelinci yang malang.

 

IYEM

Kita bunuh saja.

 

ABU

Matanya.

 

IYEM

Jangan tatap. Kita bunuh saja. Kita bunuh saja.

 

ABU

Orok itu akan mati juga.

 

IYEM

Tapi secara perlahan.

 

ABU

Anakku yang malang, semoga kau yang terakhir.

 

IYEM

Tapi dia lahir juga.

 

ABU

Benih kita menetas.

 

IYEM

Tapi susuku kering.

 

ABU

Sekarang perlahan.

 

IYEM

Jangan bantal itu.

 

ABU

Kapuknya berceceran.

 

IYEM

Dengan telapak tangan kita.

 

ABU

Jangan tekan.

 

 

IYEM

Aku usap.

 

ABU

Aku saja.

 

IYEM

Aku akan mencium mulutnya.

 

ABU

Kita hisap nafasnya.

 

IYEM

Hangatnya.

 

ABU

Tutup matanya.

 

IYEM

Perlahan.

 

ABU

Capung itu menggelepar.

 

IYEM

Patah sayap-sayapnya.

 

ABU

Perlahan.

 

IYEM

Tak henti-henti.

 

ABU

Kita hisap nafasnya.

 

IYEM

Hangatnya.

 

DUET

Kita rampok nafasnya. Kira rampok udaranya. Kita rampok waktunya. Kita rampok hari-harinya. Kita rampok harapannya.

 

ABU

Kau jangan menangis.

 

IYEM

 

Hangatnya.

 

ABU

Orok itu pun tidak menangis.

 

IYEM

Kita harus berterimakasih kepadanya.

 

ABU

Maka anak itu tidak akan pernah kecapean.

 

IYEM

Kau jangan menangis. (Menangis Sangat)

 

ABU

Kau jangan menangis. (Menangis Sangat)

 

DUET

Beratus-ratus orok kita rampok nafasnya. Yang tinggal sesal dan kesunyian.

 

Lima

 

GEMURUH MESIN. ROBOT-ROBOT (ABU-ABU), BEL-BEL BUNYI BEL

 

KOOR ( Robot-Robot ). Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan.

 

BUNYI KENTUT

 

KOOR

Saya, Tuan.

 

BUNYI BEL

 

KOOR

Inggih . (Bunyi Bel) Inggih. (Bunyi Bel) Inggih. (Bunyi Kentut) Inggih. (Kentut) Inggih. (Bel)

 

KOOR

(Capek) Inggih. (Bel)

 

(Sangat Capek) Inggih.

(Bunyi Bel) (Sakit) Inggih (Bel) (Sangat Sakit) Inggih (Bel) (Sangat Sakit) Inggih ( Bel) (Sangat Sakit) Inggih (Bel) (Tak Bertenaga) Inggih.

 

 

TEROR BERJUTA BEL. ROBOT-ROBOT DITEROR. BEL. RPBPT. REBAH. BEL. ROBOT DUDUK. BEL. ROBOT BERDIRI DST..

 

 

Enam

 

BULAN

Ya  Abu,  hanya  sahwatlah  hiburan  sejati. KEDUANYA BERPANDANGAN. KEDUANYA NAIK SAHWAT.

ABU

Iyem.

 

IYEM

Abu.

 

ABU

Iyem.

 

IYEM

Abu.

 

SUARA NAFAS    BERDESA.   SUARA DUA EKOR    ANJING.   SERIBU MENGELILINGI MEREKA.

 

SERIBU BULAN

Menyatu dalam nafas rembulan. Mengisap nafas harum rembulan. Goyang- goyangkan buah rembulan. (Keduanya Merangkak Mundur) Goyang-goyangkan buah rembulan. Pejam-pejamkan mata rembulan. Cecer-cecerkan peluh rembulan.

 

BULAN

Awan sepotong dalam kelabu. Membalut tubuh Adam dan Hawa. Tandas- tandaskan sampai pun tua. Sebelum musnah dirampok waktu.

 

SERIBU BULAN

Goyang-goyangkan buah rembulan. Pejam-pejamkan mata rembulan. Cecer- cecerkan peluh rembulan.

 

SUARA NAFAS BERDESA. SUARA DUA EKOR ANJING.

 

Tujuh

 

YANG KELAM DENGAN PASUKANNYA DATANG. KAMAR BEDAH.

 

YANG KELAM

Salibkan ! (abu disalib) Salibkan (iyem pun )

 

ABU

Akan di apakan saya ?

 

IYEM

Akan di apakan saya ?

 

YANG KELAM

Kalian selalu terlambat mengetahui. Ini adalah tahun 1974 dan bukan tahun 1919. Ini adalah saat kalian mengalami keajaiban dunia. Kalian akan menyaksikan karya besar dari Seniman besar (pada pasukannya) Yang perempuan dulu. Kurangi rambutnya. (iyem dicabuti rambutnya. Iyem berontak)

 

ABU