DRAMATIC PERSONAE
Abu Iyem Emak
Yang Kelam Bulan Majikan Kakek
Jin Putri
Pangeran Bel
Pasukan Yang Kelam Kelompok Kakek
Seribu Bulan Yang Goyang-Goyang Gelandangan
Tanjidor dll
Satu
EMAK
Ketika prajurit-prajurit dengan tombak-tombaknya mengepung istana cahaya itu, sang Pangeran Rupawan menyelinap diantara pokok-pokok puspa, sementara air dalam kolam berkilau mengandung cahaya purnama. Adapun sang Putri Jelita, dengan debaran jantung dalam dadanya yang baru tumbuh, melambaikan setangan sutranya dibalik tirai merjan, dijendela yang sedang mulai ditutup oleh dayang- dayangnya. Melentik air dari matanya bagai butir-butir mutiara.
ABU
Dan sang Pangeran, Mak ?
EMAK
Dan Sang Pangeran, Nak ? Duhai, seratus ujung tombak yang tajam berkilat membidik pada satu arah ; purnama di angkasa berkerut wajahnya lantaran cemas, air kolam pun seketika membeku, segala bunga pucat lesu mengatupkan kelopaknya, dan...
ABU
Dan Sang Pangeran selamat, Mak ?
EMAK
Selalu selamat. Selalu selamat.
ABU
Dan bahagia dia, Mak ?
EMAK
Selalu bahagia. Selalu bahagia.
ABU
Dan sang Putri, Mak ?
EMAK
Dan sang Putri, Nak ? Malam itu merasa lega hatinya dari tindihan kecemasan. Ia pun berguling-guling bersama Sang Pangeran dalam mimpi yang sangat panjang, diaman seribu bulan menyelimuti kedua tubuh yang indah itu penuh cahaya.
ABU
Dan bahagia, Mak ?
EMAK
Selalu bahagia. Selalu bahagia.
MAJIKAN
Abu !
EMAK
Sekarang kau harus tidur. Anak yang ganteng mesti tidur sore-sore.
ABU
Sang Pangeran juga tidur sore-sore, Mak ?
EMAK
Tentu. Sang Pangeran juga tidur sore-sore karena dia anak yang ganteng. Kau seperti Sang Pangeran Rupawan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Mak ?
MAJIKAN
Abu !
ABU
Bagaimana keduanya bisa senantiasa selamat ?
MAJIKAN
Abu !
EMAK
Berkat cermin tipu daya.
ABU
Berkat Cermin Tipu Daya, Mak ?
MAJIKAN
Abu !
EMAK
Semuanya berkat Cermin Tipu Daya.
ABU
Cuma berkat itu ?
MAJIKAN
Abu !
EMAK
Cuma berkat itu.
ABU
Cuma.
MAJIKAN
Abu ! Abu !
ABU
.... di mana cermin itu dapat diperoleh, Mak ?
EMAK
Jauh nun di sana kala semuanya belum ada (KELUAR)
MAJIKAN
Bangsat ! Tuli kamu ?
ABU
Mak ?
YANG KELAM
Ini adalah tahun 1930 dan bukan tahun 1919. Kau harus segera mengenakan pakaian pesuruhmu (Keluar)
SETELAH IA MENGENAKAN PAKAIANNYA SEBAGAI PESURUH KANTOR TERDENGAR GEMURUH SUARA PABRIK
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Hamba, Tuan.
MAJIKAN
Bangsat kamu ! Kerja sudah hampir tiga tahun masih saja kamu melakukan kesalahan yang sama. Lebih bodoh kamu dari pada kerbau.
EMAK
Anak yang ganteng tidak boleh menangis. Apakah kau tidak malu kepada Sang Putri Rupawan ? Setelah mencuci kaki, kau harus mengenakan pakaianmu yang kotor, nanti emak akan mendongeng lagi. Sudah bersih kakimu ? Ketika Sang Pangeran turun dari kudanya yang putih bersinar, ia melihat gua itu dikejauhan. Namanya gua cahaya tapi lebih sering disebut gua hantu.
ABU (Ketakutan)
EMAK
Tidak usah takut. Ada Emak. Telah beratus-ratus ksatria dan raja-raja dan pangeran-pangeran yang mencoba menerobos gua itu, semuanya musnah dibunuh oleh hantu-hantu penjaga harta karun itu. Di angkasa serombongan mendung yang maha hebat membendung sang surya, sehingga alam yang siang menjadi gelap gulita. Sayup-sayup kelihatan pintu gua itu bagaikan mulut raksasa dengan sinar yang memancar dari dalam. Sang Pangeran menggeleng-gelengkan kepala kagum karena tahu sinar itu adalah sinar permata-permata yang tertimbun disana. Tatkala angin pun sirna, Sang Pangeran telah memacu kudanya ke arah mulut gua. Tak ada suara kecuali derap kuda dengan ringkiknya. Ketika kuda itu berada didepan pintu gua, sekonyong-konyong serombongan mendung yang tebal tadi menyerang mengepung Sang Pangeran. Tahulah kini Sang Pangeran bahwa mendung itu adalah hantu-hantu.
ABU
Dan Sang Pangeran, Mak ?
EMAK
Dan Sang Pangeran, Nak ?Amboi, berjuta kuku dan taring lancip bagai ujung- ujung belati rapat mengancam Sang Pangeran ; dari atas dari bawah, dari kiri dari kanan, dari muka dari belakang. Rupanya hantu- hantu itu berdengus sehingga seketika erjadi topan dasyat yang amat bacin baunya.
ABU
Dan Sang Pangeran, Mak ?
EMAK
Dan Sang Pangeran, Nak ? Dengan Cermin Tipu Daya, kuku-kuku dan taring- taring yang berjuta-juta itu seketika mencair sehingga hujan deraslah yang kini ada. Maka dalam kehujanan itu pun, Sang Pangeran mengacungkan cerminnya dan terbukalah pintu gua dengan sendirinya. Langit telah kembali sebagai wajarnya, yang penuh cahaya surya ketika Sang Pangeran memboyong harta permata itu ke Istana Cahaya dimana Sang Putri menanti dipelaminan.
ABU
Dan bahagia, Mak ?
EMAK
Selalu bahagia. Selalu bahagia.
ABU
Dan Sang Putri, Mak ?
EMAK
Sang Putri berdebar menanti dipelaminan, sementara rakyat seluruh kerajaan berpesta. Dan ketika Sang Pangeran muncul di gerbang Istana Cahaya dengan di iringi kuda-kuda yang mengangkut peti-peti harta, seketika bergetarlah dada Sang Putri yang baru tumbuh itu dan sekalian rakyat bersorak-sorak mengelu-elukan. Kedua mempelai itu telah berpadu dalam lautan permata yang sangat menyilaukan. Lautan harta seharga berjuta-juta nyawa manusia.
ABU
Keduanya bahagia, Mak ?
EMAK
Selalu bahagia. Selalu bahagia.
ABU
Berkat Cermin Tipu Daya, Mak ?
EMAK
Berkat Cermin Tipu Daya.
ABU
Dimana Cermin itu dapat dibeli, Mak ?
EMAK
Jauh nun di ujung dunia... disebuah toko milik Nabi Sulaiman...
ABU
Dan harganya, Mak ?
EMAK
Nanti kau sendiri pasti tahu. Nanti. Pasti.
ABU
Bahagia, Mak ?
EMAK
Pasti bahagia. Selalu bahagia. Sekarang bayangkan bagaimana kalau kau menjadi Sang Pangeran Rupawan. Kau niscaya dapat merasakan dengan lebih nyata apabila kau lelap tidur. Nah, sekarang pejamkan kedua matamu. Tidur. Burung- burung pun sudah tidur. Tidur. Matahari pun sudah tidur. Tidur. Pohon-pohon pun sudah tidur. Tidur seantero alam telah mendengkur. Tidur.
EMAK
Bulan !
BULAN
Ya, Mak.
EMAK
Selimuti keduanya.
BULAN
Kalau dia terbangun.
EMAK
Tidurkan lagi.
BULAN
Kalau dia terjaga lagi ?
EMAK
Mabukkan dia.
BULAN
Kalau sadar lagi ?
EMAK
Pingsankan dia.
BULAN
Kalau dia siuman lagi ?
EMAK
Itu urusan Yang Kelam. Sekarang Emak akan menyelesaikan karangan Emak yang terakhir. Aneh sekali dalam roman Emak kali ini Abu telah mulai menemukan kunci teka-teki kita. Ia semakin menginsyafi bagaimana selama ini ia kita perdayakan. Namun bagaimana pun, Emak tetap berharap ia akan tetap patuh kepada kita. Sudah menjadi kodratnya bagaimana pun ia memerlukan hiburan dan hanya kitalah yang mampu memenuhi kebutuhan itu. Tetapi juga ini tidak berarti bahwa kita bisa bekerja secara improvisasi seperti yang sudah-sudah. Di manakah Yang kelam ?
YANG KELAM
Saya di sini, Mak.
EMAK
Kau dengar apa yang baru Emak katakan ?
YANG KELAM
Tak satu kata pun lewat dari telingaku, Mak.
EMAK
Satu hal lagi; kita harus sistematik. Selama kita masing-masing tetap pada pos kita, Emak yakin tak satu pun pekerjaan kita yang meleset.
YANG KELAM
Dia tidur ?
EMAK
Tidur, tidak. Tidak tidur, tidak. Seperti yang sudah-sudah, seperti yang lain-lain juga, ia sudah mati tapi ia tidak tahu.
YANG KELAM
Saya beritahu dia ?
EMAK
Belum waktunya. Berapa umur kau ?
YANG KELAM
Dua puluh satu.
EMAK
Kita perpanjang amat panjang. Pada usiamu yang ke 70 beritahulah dia. Ingat jangan ulang cara yang usang.
BULAN
Beritahu sekarang saja dia.
EMAK
Kau selalu punya belas, Bulan.
BULAN
Dia orang miskin.
EMAK
Justru akan kita perkaya. Ah, sudahlah. Kau dapat menolongnya dengan cara yang menghiburnya. Waktu Emak habis. Emak harus mengarang.
BULAN (Menyanyi)
Andai kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku memancar pun bukan milikku. Kecantikkanku pun bukan milikku.
YANG KELAM
Jangan nyanyikan nyanyian itu lagi nanti Emak marah lagi.
BULAN
Kau yang salah.
YANG KELAM
Tak ada yang salah.
BULAN
Kau yang salah. Kalau kau tak ada.
YANG KELAM
Adaku bukan minatku. Tapi kalau aku tak ada kau pun dan segala pun tak ada.
BULAN
Kenapa kau tidak memilih tidak ada ?
YANG KELAM
Karena kita ada. Dan begitu saja ada.
BULAN
Karena ada mula, karena ada mula.
YANG KELAM
Maka ada akhir dan akulah itu. Dia dan aku.
BULAN
Karena ada, itulah kesalahannya.
YANG KELAM
Kita hanya menjalani kodrat. Jalanilah kodrat maka kita akan selamat.
BULAN (Menyanyi)
Andai kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku memancar pun bukan milikku.
YANG KELAM
Jangan menyanyi. Mengeramlah kalau bisa atau diam.
BULAN
Aku hanya bisa menyanyi. Pun begitu nyanyian buakn pula milikku.
YANG KELAM
Perempuan cengeng.
BULAN
Lelaki kejam. Kembalikan Cermin Tipu Daya itu.
YANG KELAM
Kau tak akan memilikinya lagi.
BULAN
Sudah satu abad kau pinjam.
YANG KELAM
Dan aku tak akan pernah mengembalikan kepadamu. Ya, sejak satu abad yang lalu Abu sudah mulai menginsyafi bahwa puncak bahagia ada pada diriku, tatkala ia melihat pada cerminku.
BULAN
Cerminku ! Cerminku !
YANG KELAM
Dulu. Sekarang milikku.
BULAN
Kau kejam. Kau tak punya kasihan. Kalau dia bercermin pada kau hanya malam yang kau tampilkan.
YANG KELAM
Memang dia hanya punya malam. Akulah dia. Ini pun kodrat. Ia tak dapat melepaskan diri dari kodrat ini.
BULAN
Konyolnya.
YANG KELAM
Itulah jawaban dari segalanya. Konyol.
ABU BANGUN, MENGIGAU. BULAN DAN YANG KELAM KELUAR.
BULAN (Menyanyi)
Kalau kau tergoda jangan salahkan daku. Cahayaku memancar pun bukan milikku. Andai kau mabuk jangan salahkan daku. Kecantikkanku pun bukan milikku.
IYEM
Monyong lu ! Lelaki macam lu ? Kerbau ? Babi ?
ABU (Bingung)
Jam berapa, Yem ?
IYEM
Jam berapa ? Beduk sampai coblos dipalu orang juga kau masih enak- enak ngorok. Apa kamu tidak mau kerja ?
ABU
Bukan begitu.
IYEM
Baik kalau kamu mau enak-enak ngorok biar saya yang kerja. Apa dikira tidak bisa ? Saya kira saya masih cukup montok untuk melipat seribu lelaki hidung belang di ketiak saya.
ABU
Kau jangan bicara sekasar itu.
IYEM
Kamu lebih kasar lagi. Tidur sama istri kamu masih mimpi yang tidak-tidak. Tuh lihat tikar basah begitu. Kalau kau sudah bosan dengan saya bilang saja terus terang. Jangan sembunyi-sembunyi. Ayo, kau mimpi dengan siapa ? Dengan si Ijah yang pantat gede itu ? Bangsat !
ABU
Mimpi ?
IYEM
Jangan main lenong (Menangis) Memang saya sudah peot. Habis manis sepah dibuang.
ABU
Jangan bicara begitu.
IYEM
Memang begitu.
ABU
Tidak seperti yang kau bayangkan.
IYEM
Memang begitu.
ABU
Diamlah, Yem.
IYEM
Memang begitu.
ABU
Iyem.
IYEM
Saya bunting kau tidak tahu.
ABU
Bunting ? Kau bunting ?
IYEM
Kata Emak.
ABU
Kau bunting ?
IYEM
Kalau tidak apa namanya ?
ABU
Iyemku. Iyemku (Keduanya Menari)
IYEM
Pepaya bunting isinya setan. Dimakan dukun dari Sumedang. Perut aye bunting isinya intan. Ditimang sayang anak disayang.
ABU
Pohon pisang tidak berduri. Pagar disusun oleh rembulan. Mohon abang lahir si putri.
Biar disayang setiap kenalan. Iyemku. Iyemku.
IYEM
Abuku. Abuku (Keduanya Berpelukan) Kau masih cinta pada Iyem ?
ABU
Selalu cinta. Selalu cinta.
IYEM
Kau masih sayang pada Iyem ?
ABU
Selalu sayang. Selalu sayang.
IYEM
Iyem minta anu.
ABU
Minta apa, Yem ?
IYEM
Minta anu.
ABU
Anu apa ?
IYEM
Iyem ngidam.
ABU
Minta rujak asam, Yem ?
IYEM
Bukan.
ABU
Apa Iyem ?
IYEM
Kerupuk.
ABU
Kerupuk udang, Yem ?
IYEM
Bukan.
ABU
Kerupuk terigu, Yem ?
IYEM
Bukan.
ABU
Kerupuk plastik, Iyem ?
IYEM
Bukan. Iyem, bilang !
ABU
Iyem.
IYEM
Kepingin.
ABU
Kepingin.
IYEM
Kerupuk.
ABU
Kerupuk.
IYEM
Apa yo ?
ABU
Apa yo ?
IYEM
Apa ?
ABU
Apa ?
IYEM
Kerupuk.
ABU
Kerupuk.
IYEM
Kerbau !
ABU
Kerbau !
IYEM
Horee !
ABU
Berapa kilo, Iyem ?
IYEM
Satu biji.
ABU
Lainnya, Yem ?
IYEM
Anu.
ABU
Anu apa, Iyem ?
IYEM
Cium.
ABU
Berapa kali, Iyem ?
IYEM
Seribu kali (Mereka Berciuman)
ABU
Bau pete. Kau makan pete ?
IYEM
tadi di rumah si Ipoh. (Mereka Pun Berciuman)
Delapan
YANG KELAM BERSAMA PASUKANNYA MEMUKUL LONCENG EMAS KERAS SEKALI. ARUS WAKTU DERAS MELANDA KEDUANYA. IYEM MELAHIRKAN DAN SETERUSNYA. ABU TERPUTAR DALAM RODA KERJA RUTINNYA.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Ya, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Ya, Tuan.
MAJIKAN
Abu !
ABU
Ya, Tuan.
SERIBU MAJIKAN MEMRINTAH ABU. MENJERAT LEHER ABU MENJERIT. SERIBU TANGAN MAJIKAN DI KEPALA ABU.
YANG KELAM
Ini adalah tahun 1941. Ini bukan tahun 1919. Dia dilahirkan di Salam, 6 km dari kota Solo. Dia dibesarkan di Semarang. Kemudian ia pindah ke Tegal. Kemudian ia pindah ke Cirebon. Kemudian ia pindah ke Jakarta. Kemudian ia akan mati pada tahun 1980.
IYEM
Tidak. Abu jangan hiraukan. Hidup saja hidup. Habis perkara. Terlalu banyak pertanyaan untuk terlalu sedikit waktu.
LAYAR
(BURUNG, DI MANAKAH UJUNG DUNIA ?)
Satu
ABU
Burung, di manakah ujung dunia ?
BURUNG
Di sana.
ABU
Katak, di manakah ujung dunia ?
KATAK
Di sana.
ABU
Rumput, dia manakah ujung dunia ?
RUMPUT
Di sana.
ABU
Embun, di manakah ujung dunia ?
EMBUN
Di sana.
ABU
Air, di manakah ujung dunia ?
AIR
Di sana. (Semua Menertawakan Abu)
ABU
Batu, di manakah ujung dunia ?
BATU
Di sana. (Semua Menertawakan Abu)
ABU
Jangkerik, di manakah ujung dunia ?
JANGKERIK
Di sana. (Semua Menertawakan Abu)
ABU
Kambing, di manakah ujung dunia ?
KAMBING
Di sana.
ABU
Kambing, di manakah di sana ?
KAMBING
Di sana.
ABU
Pohon, di manakah di sana ?
POHON
Di sana.
ABU
Kakek, di manakah di sana ?
KAKEK
Di sini.
ABU
Di mana ?
KAKEK
Di sini.
ABU
Di sini ?
KAKEK
Di sana di sini sama saja. Semuanya tak berarti. Yang kau cari adalah agama. Tak ada obat yang paling mujarab selain agama.
ABU
Saya tidak sakit.
KAKEK
Tak ada tempat yang paling teduh dan tak ada obat pelelah selain agama.
ABU
Saya tidak cape.
KAKEK
Segala teka-teki silang pasti tertebak oleh agama.
ABU
Saya tak butuh semua itu. Saya butuh Cermin Tipu Daya.
KAKEK
Apa itu Cermin Tipu Daya ?
ABU
Cermin Tipu Daya adalah penangkis segala bala. Penyelamat segala Pangeran dalam dongeng purbakala.
KAKEK
Inilah dia. Cermin sejati. Bukan plastik. Terbuat dari air danau purbani. Lihatlah semua tampak jelas di sini. Lihatlah.
ABU
Wajah siapa itu ?
KAKEK
Wajahmu.
ABU
Wajah saya ?
KAKEK
Siapa lagi ?
ABU
begini tua ?
KAKEK
Kau begitu jernih cahayanya.
ABU
Begini tua. Lebih sengsara dari nyatanya. Begini miskin.
KAKEK
Di sini, kau miskin dan kaya sekaligus.
ABU
Saya tidak mengerti.
KAKEK
Tak lama lagi kau akan mengerti, kalau mau dengar apa yang saya baca.
ABU
Kalau saya tetap tidak mengerti ?
KAKEK
Kau adalah insan yang malang.
ABU
Kalau begitu cobalah bacakan satu baris.
KAKEK
Dia Tuhan.
ABU
Tuhan.
KAKEK
Tuhan.
ABU
Tuhan.
KAKEK
Yang menciptakan kita.
ABU
Tuhan.
KAKEK
Yakinlah.
ABU
Kalau begitu Dia yang memulai segala ini ?
KAKEK
Juga yang akan mengakhiri segalanya.
ABU
Mulai dan mengakhiri ?
KAKEK
Membangun dan meruntuhkan sekaligus.
ABU
Saya jadi bodoh.
KAKEK
Kau memang bodoh. Dan ketika kau dihidupkan ajal disisipkan dalam salah satu tulang igamu. Dialah-Tuhan.
ABU
Tuhan.
KAKEK
Dialah-Tuhan. Yang telah menciptakan jagad raya dan seisinya. Maka bersyukurlah kau kepadaNya. Maka bersembahlah kau kepadaNya. Maka patuhlah kau kepada firman-firmanNya. Maka perbuatlah segala perintah- perintahNya. Maka jauhilah segala larangan-laranganNya. Barang siapa melanggra neraka hukumannya. Barang siapa petuh sorga upahnya.
ABU
Neraka ?
KAKEK
Api sengsara yang menjilat-jilat.
ABU
Sorga ?
KAKEK
Bahagia di atas bahagia.
ABU
Barangkali itu ujung dunia ?
KAKEK
Memang salah satu ujungnya. Di sana Sorga. Di situ Neraka.
ABU
Di sana juga tinggal Nabi Sulaiman ?
KAKEK
Oya.
ABU
Kalau begitu ada juga Cermin Tipu Daya ?
KAKEK
Barangkali. Saya tidak begitu pasti.
ABU
Di jual ?
KAKEK
Kalau ada dengan cuma-cuma kua dapat memilikinya.
ABU
Kau pasti ?
KAKEK
Kalau ada.
ABU
Kau belum pernah kesana ?
KAKEK
Ke sana ke mana ?
ABU
Ke sorga.
KAKEK
Siapa pun belum.
ABU
Bagaimana kau tahu Nabi Sulaiman ada di sana ?
KAKEK
Kau memang buta huruf. Dalam kitab agama lengkap segala tanda-tanda.
ABU
Kalau begitu tunjukilah saya cara menuju sorga.
KAKEK
Bersembahlah kau KepadaNya.
ABU
Baik. Berapa lama saya mesti menyembah ?
KAKEK
Sampai kau mati.
ABU
Ha ?
KAKEK
Sampai kau mati. Atau dengan kalimat yang lebih baik ; sampai saat kau dilepaskan dari beban jasmani.
ABU
Lalu kapan saya sempat mengecap sorga ?
KAKEK
Ketika kau mati.
ABU
Ha ?
KAKEK
Begitulah. Ketika kau mati kau akan sampai ke sana.
ABU
Harus sampai ke batas mati untuk sampai ke sana ?
KAKEK
Harus sampai ke batas mati untuk samapai ke sana.
ABU
Harus tidak ada untuk ada ?
LENGKING SULING TAJAM PANJANG.
IYEM
Abu, di mana kau ? Abu ? Abu ? Abu ?
KEKAK
Sudah waktu sembahyang. Sampai cahaya menimpa dirimu. ( Kelompok Kakek Dalam Koor)
KOOR
Inggih
KAKEK
Hai manusia.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Hai manusia.
KOOR
Inggih
KAKEK
Tuhan Pencipta.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Tuhan pengasih.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Tuhan Penuntut.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Turut perintahNya.
KOOR
Inggih
KAKEK
Ketawalah
KOOR
Inggih.
KAKEK
Menagislah
KOOR
Inggih.
KAKEK
Ketawalah dala menangis.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Menangislah dalam ketawa
KOOR
Inggih.
KAKEK
Apa yang kau cari dalam hidup ini.
KOOR
Bahagia.
KAKEK
Apa yang kau cari dalam hidup ini.
KOOR
Bahagia.
KAKEK
Apa yang kau cari dalam hidup ini.
KOOR
Bahagia.
KAKEK
Apa yang kau cari dalam hatimu sendiri.
KOOR
Bahagia.
KAKEK
Apa yang di rindu. Apa yang di mau. Apa yang dituju. Bahagia.
KOOR
Laras dan padu. Laras dan padu. Diri yang alit dan Diri yang maha. Laras dan padu, pasrah, sembah, pasrah sembah Bergayut diri padaNya.
KAKEK
Mengandung diri dalam keagunganNya. Bahagia kita dalam kebahagianNya. Hai manusia.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Hai manusia.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Menyatulah dalam diriNya.
KOOR
Inggih.
KAKEK
Padulah dirimu dalam diriNya.
KOOR
Inggih. (Kelompok Kakek Berlalu Dalam Koor)
ABU TEPEKUR. HUTAN SUNYI DALAM BADAI
IYEM
Kau jangan diam saja kayak sandal dobol.
ABU
Ada apa ?
IYEM
Kau betul-betul sandal dobol. Hujan begini deras. Air sudah sampai ke lutut. Rumah ini seperti tak beratap. Ini bukan lagi bocor. Ya Tuhan. Dengan apa mesti kita hentikan hujan jahanam ini ? Terlalu banyak musuh kita. Di darat. Di udara. Tuhan. Tuhan.
ABU : ...
Iyem. Ya, Tuhan. Ya, Tuhan. Kau memang sandal dobol. Banjir. Banjir. Banjiiiir
(Keluar)
ABU TEPEKUR
YANG KELAM
Ini adalah tahun 1960. ini bukan tahun 1919. Dia akan mati pada tahun 1980. Sudah waktunya kerut ditambah pada dahinya.
ABU
Tobat, apa yang telah kau lakukan ?
YANG KELAM
Menyobek kalender.
ABU
Hilang lagi.
ABU TEPEKUR, EMAK MUNCUL
EMAK
Kau tidak boleh duduk tepekur dengan wajah kusut seperti itu. Nanti kau lekas tua. Coba lihat. Apa yang terjadi pada wajahmu ?
ABU
Tiba-tiba matahari menyergap tadi dan memberi coreng pada wajah saya.
EMAK
Coba kau tengadah. Nah, ia telah memberikan luka terlalu banyak pada dahimu. Ia telah melipatkan jumlah yang sebenarnya. Kau menangis. Anakku, kau tak boleh seperti itu.
ABU
Aku telah mencarinya tapi aku tak menemukannya.
EMAK
Apa yang telah kau lakukan ?
ABU
Aku telah berusaha mencari ujung dunia.
EMAK
Buat apa ?
ABU
Aku perlu ke toko Nabi Sulaiman. Aku mau beli Cermin Tipu Daya.
EMAK
Kua pasti belum mendapatkannya.
ABU
Aku tidak mendapatkannya.
EMAK
Belum.
ABU
Aku tidak mendapatkan apa-apa.
EMAK
Belum. Ah, jangan suka beraduh kesah. Yang sangat kau perlukan sekarang adalah rekreasi banyak-banyak. Emak bawa oleh-oleh. (Tepuk)
ROMBONGAN LENONG
RAJA JIN
Hahaha. Akulah raja jin. Jin Bagdad namaku. Aku telah curi Putri Cina paling ayu. Aku mau persunting dia jadi permaisuriku.
PUTRI CINA
Akulah Putri Cina yang malang. Yang baru saja tidur bermimpi di atas ranjang. Mimpi bercumbu dengan seorang Pangeran dari Jepang. Begitu sedang meluap nafsuku dadanya yang lapang. Dan tangan Pangeran membelai rambutku yang panjang. Tiba-tiba si bandot Raja Jin dari Bagdad datang. Tak dinyana ia sekonyong bertengger di jendela, di atas permadani terbang. Aduh Tuhanku Yang Maha Kuasa, tolonglah hambamu yang maha malang. Dari cengkeraman dan ciuman Raja Jin yang berkumis panjang.
RAJA JIN
He Putri Cina Ayu.
PUTRI CINA
Tolong.
RAJA JIN
He Putri Cina Ayu.
PUTRI CINA
Tolong.
RAJA JIN
Lihatlah bulan di atas sahara dan bintang bertebar bagai pijar bara. Lihatlah daunan kurma melambai tanpa suara. Dan wahai jernih airnya tenang tak bertara. Itulah semua lambang aku punya gairah asmara. Kuadukan kini dendam nafsuku tanpa pura-pura. Dihadapanmu he Putri Cina bak Si Gahara.
PUTRI CINA
Tolong. Maling.
RAJA JIN
Akulah Gatotokoco gandrung.
PUTRI CINA
Maling.
RAJA JIN
Akulah Romeo.
PUTRI CINA
Maling.
RAJA JIN
Akulah Pronocitro.
PUTRI CINA
Maling.
RAJA JIN
Akulah Qais yang dahaga di atas sahara.
PUTRI CINA
Tolong.
PANGERAN
Tenang, tuan-tuan. Tenang ! Jangan tajut. Jangan cemas. Tuan-tuan Pangeran Rupawan telah berada dihadapan tuan-tuan. Inilah lakon secara bahagia akan diselesaikan dengan pertarungan seru dan penuh ketegangan. Antara Raja Jin Bagdad dan aku Sang Pangeran Tampan. Tenang tuan-tuan. Putri Cina Ayu akan kuselamatkan. He hidung belang. Jangan ganggu wanita itu.
RAJA JIN
Ha, ini pula ikut campur nafsu orang. Minggir.
PANGERAN
Minggir.
RAJA JIN
Minggir atau kulempar ke laut Hindia. Atau kau ingin lumat karena kuludahi ? Haha.
PANGERAN
Ha ha ha.
RAJA JIN
Apa ketawa ? Moncong sekecil itu. Minggir.
PANGERAN
Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun matamu ?
RAJA JIN
Bah ! Kupanggang kau ! Kusate kau ! Kurebus kau ! Kutumbuk kau !
PANGERAN
Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun matamu ?
RAJA JIN
Bah ! Gua gampar lu ! Gua palu lu !
PANGERAN
Tidak kau lihat apa yang terselip pada pinggangku ? Sudah rabun matamu ?
RAJA JIN
Oh, oh, oh Cermin Tipu Daya. Cair aku. Cair aku oleh sinarnya. Tolong. Tolooong.
PUTRI CINA
Terima kasih, Tuan, terima kasih. Pertolongan tuan menyelamatkan diriku sebagai perawan. Terima kasih tua, oh saya masih tetap bersih. Tuan, maukah tuan, e e, saya ingin jadi istri tuan.
PANGERAN
Tentu. Tentu. Memang begitulah akhir lakon harus berlaku.
DUET
Senantiasa bahagia berkat Cermin Tipu Daya. Sekali lagi jangan lupa berkat Cermin Tipu daya.
ABU BERSUIT KEMUDIAN BERTEPUK TANGAN DENGAN GEMBIRA
EMAK
Semangatmu kembali pulih.
ABU
Aku telah lahir kembali.
EMAK
Kau bahkan montok.
ABU
Aku kembali jadi bayi.
EMAK
Segar.
ABU
serasa pagi hari. Matahari. Angin pagi. Sisa embun. Udara yang bersih.
EMAK
Wajahmu merah karena darah yang padat gairah.
ABU
Aku sedikit pun tak goyah oleh pukulan-pukulan waktu.
EMAK
Kau tahu berkat apa ?
ABU
Berkat Emak.
EMAK
Tidak begitu. Kau harus menyebutnya berkat harapan.
DUET
Ya berkat harapan. Sekali lagi berkat harapan. Hanya harapan. Peganglah selalu harapan. Obat mujarab bagi seluruh anggota keluarga. Sekali lagi jangan lupa : Harapan.
MAJIKAN
Abu ! Abu !
ABU (Diam)
MAJIKAN
Anjing !
ABU (Merangkak) Ya, Tuan.
MAJIKAN
Anjing !
ABU
Ya, Tuan.
MAJIKAN
Anjing !
ABU
Ya, Tuan.
MAJIKAN
Anjing !
ABU
Ya, Tuan. (Merangkak)
MAJIKAN
Ini pesangonmu ! Keluar ! Hancur perusahaan !
IYEM MENANGIS MENUBRUK ABU
IYEM
Beras kita habis. Mamat dikeluarkan dari sekolahnya. Si Siti ternyata bunting. Lotre kita tidak kena lagi.
YANG KELAM
Satu-satunya kesalahannya adalah kelahirannya dan ia bernama manusia. Sekiranya Adam yang satu ini tidak memiliki apa yang di sebut impian, niscaya ia dapat merasa aman. Ia tak akan tahu apa-apa, tak akan pernah mengalami apa-apa, bahkan apa yang disebut mati. Tetapi semuanya seperti tinta yang terlanjur tumpah, dan lagi buah Kuldi itu pun Ia sajikan di hadapannya.
LAYAR
MATAHARI MELESAT, BULAN BERPUSING-PUSING
GEMURUH MESIN. SEBUAH KANTOR. PEKERJA-PEKERJA
MAJIKAN II
Jadi kau adalah ..-
ABU
Ya, Tuan.
MAJIKAN II
Kau jangan lupa. Kau adalah ..-
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Apa pun yang terjadi kau adalah ..-
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Siapa namamu ?
ABU
Abu, Tuan.
MAJIKAN II
Bukan. Kau adalah ..-
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Hafalkan itu.
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Bagaimana ?
ABU
..-
MAJIKAN
Bagus. Berapa jumlahnya ?
ABU
Dua pendek satu panjang.
MAJIKAN II
Bagus. Berapa ?
ABU
Dua pendek satu panjang.
MAJIKAN II
Bagus. Siapa namamu sebenarnya ?
ABU
..-
MAJIKAN II
Siapa ?
ABU
Dua pendek satu panjang.
MAJIKAN
Bagus (Menekan Bel ) Nama siapa ini ?
ABU
Bukan nama saya.
MAJIKAN II (Menekan Bel)
Ini siapa ?
ABU
Orang lain.
MAJIKAN II (Menekan Bel)
Ini ?
ABU (Ketawa)
MAJIKAN II
Siapa ?
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Kenapa ketawa ?
ABU
Gampang.
MAJIKAN II (Menekan Bel)
ABU
Saya, Tuan
MAJIKAN II (Menekan Bel)
ABU
Bukan saya, Tuan.
MAJIKAN II
Siapa ?
ABU
Tak peduli saya.
MAJIKAN II
Kau memang sekrup yang baik. (Ngebel)
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II (Menekan Bel)
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II (Menekan Bel)
ABU
Saya, Tuan.
MAJIKAN II
Cukup. Besok kau mulai bekerja.
ABU
Saya, Tuan.
ABU KETAWA. KELOMPOK KAKEK LEWAT. YANG KELAM LEWAT. ABU MEMANGGIL BEL.
BEL
Bagaimana ? Senang ?
ABU
Luar biasa. Banyak kau bantu saya.
BEL
Titik titik setrip
ABU
Ada apa ?
BEL
Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memanggil namamu.
ABU
Senang saya.
BEL
Tet tet teeeeet.
ABU
Sangat merdu suaramu.
BEL
Tet tet teeeeet.
ABU
Saya yakin saya akan tetap gesit bekerja sampai umur saya 60 tahun. Selama kau tetap ada maksud saya.
BEL
Tentu. Saya akan tetap setia membantumu.
ABU
Sejak sekarang saya akan bergantung kepadamu.
BEL
Tentu.
ABU
Suaramu jelas lebih lantang daripada jerit Pak Direktur.
BEL
O ya.
ABU
Dulu waktu saya masih bekerja di percetakan betul-betul sial saya. Hampir setiap jam saya kena marah.
BEL
Kenapa begitu ?
ABU
Tuan saya dulu mempunyai mulut yang lebar tapi suaranya seperti cicit tikus. Setiap dia memanggil saya selalu seperti tersumbat lehernya. Tentunya saja saya sangat kerap tidak mendengar panggilannya dan akibatnya dia marah-marah.
Padahal kalau dia tahu diri, satu-satunya yang patut dimarahi adalah lehernya.
BEL
Lucu juga.
ABU
Tapi menyakitkan. Bel.
BEL
Hm ?
ABU
Saya senang sama kamu.
BEL
Saya harap begitu.
ABU
Kehadiranmu sungguh-sungguh membantu pekerjaan saya. Kau telah membuat saya menjadi seorang yang gesit. Bel.
BEL
Hm ?
ABU
Saya senang sama kamu.
BEL
Tet tet teeeeet.
ABU
Ada apa ?
BEL
Saya senang sama kamu.
KELOMPOK KAKEK LEWAT. YANG KELAM LEWAT. GEMURUH MESIN ROBOT ABU. BUNYI BEL.
ABU
Saya, Tuan.
BUNYI BEL
ABU
Saya, Tuan.
BUNYI BEL
ABU
Saya, Tuan.
BUNYI BEL DAN ABU MENARI
IYEM
Kita bunuh saja (Abu Meludah) Kita bunuh saja (Abu Meludah) Kita bunuh saja.
ABU
Siapa ?
IYEM
Entah (Iyem Meludah)
ABU
Saya ? (Iyem Meludah) Kau. Kita bunuh saja.
IYEM
Orok kita saja.
ABU
Kita harus tahan. Setidaknya satu hari lagi anggap saja puasa.
IYEM
Ini hari kelima. Lapar. Lapar. Lapar. Lapar.
ABU
Jangan hitung.
IYEM
Kita bunuh saja.
ABU
Kelinci yang malang.
IYEM
Kita bunuh saja.
ABU
Matanya.
IYEM
Jangan tatap. Kita bunuh saja. Kita bunuh saja.
ABU
Orok itu akan mati juga.
IYEM
Tapi secara perlahan.
ABU
Anakku yang malang, semoga kau yang terakhir.
IYEM
Tapi dia lahir juga.
ABU
Benih kita menetas.
IYEM
Tapi susuku kering.
ABU
Sekarang perlahan.
IYEM
Jangan bantal itu.
ABU
Kapuknya berceceran.
IYEM
Dengan telapak tangan kita.
ABU
Jangan tekan.
IYEM
Aku usap.
ABU
Aku saja.
IYEM
Aku akan mencium mulutnya.
ABU
Kita hisap nafasnya.
IYEM
Hangatnya.
ABU
Tutup matanya.
IYEM
Perlahan.
ABU
Capung itu menggelepar.
IYEM
Patah sayap-sayapnya.
ABU
Perlahan.
IYEM
Tak henti-henti.
ABU
Kita hisap nafasnya.
IYEM
Hangatnya.
DUET
Kita rampok nafasnya. Kira rampok udaranya. Kita rampok waktunya. Kita rampok hari-harinya. Kita rampok harapannya.
ABU
Kau jangan menangis.
IYEM
Hangatnya.
ABU
Orok itu pun tidak menangis.
IYEM
Kita harus berterimakasih kepadanya.
ABU
Maka anak itu tidak akan pernah kecapean.
IYEM
Kau jangan menangis. (Menangis Sangat)
ABU
Kau jangan menangis. (Menangis Sangat)
DUET
Beratus-ratus orok kita rampok nafasnya. Yang tinggal sesal dan kesunyian.
GEMURUH MESIN. ROBOT-ROBOT (ABU-ABU), BEL-BEL BUNYI BEL
KOOR ( Robot-Robot ). Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan. (Bunyi Bel) . Saya, Tuan.
BUNYI KENTUT
KOOR
Saya, Tuan.
BUNYI BEL
KOOR
Inggih . (Bunyi Bel) Inggih. (Bunyi Bel) Inggih. (Bunyi Kentut) Inggih. (Kentut) Inggih. (Bel)
KOOR
(Capek) Inggih. (Bel)
(Sangat Capek) Inggih.
(Bunyi Bel) (Sakit) Inggih (Bel) (Sangat Sakit) Inggih (Bel) (Sangat Sakit) Inggih ( Bel) (Sangat Sakit) Inggih (Bel) (Tak Bertenaga) Inggih.
TEROR BERJUTA BEL. ROBOT-ROBOT DITEROR. BEL. RPBPT. REBAH. BEL. ROBOT DUDUK. BEL. ROBOT BERDIRI DST..
BULAN
Ya Abu, hanya sahwatlah hiburan sejati. KEDUANYA BERPANDANGAN. KEDUANYA NAIK SAHWAT.
ABU
Iyem.
IYEM
Abu.
ABU
Iyem.
IYEM
Abu.
SUARA NAFAS BERDESA. SUARA DUA EKOR ANJING. SERIBU MENGELILINGI MEREKA.
SERIBU BULAN
Menyatu dalam nafas rembulan. Mengisap nafas harum rembulan. Goyang- goyangkan buah rembulan. (Keduanya Merangkak Mundur) Goyang-goyangkan buah rembulan. Pejam-pejamkan mata rembulan. Cecer-cecerkan peluh rembulan.
BULAN
Awan sepotong dalam kelabu. Membalut tubuh Adam dan Hawa. Tandas- tandaskan sampai pun tua. Sebelum musnah dirampok waktu.
SERIBU BULAN
Goyang-goyangkan buah rembulan. Pejam-pejamkan mata rembulan. Cecer- cecerkan peluh rembulan.
SUARA NAFAS BERDESA. SUARA DUA EKOR ANJING.
YANG KELAM DENGAN PASUKANNYA DATANG. KAMAR BEDAH.
YANG KELAM
Salibkan ! (abu disalib) Salibkan (iyem pun )
ABU
Akan di apakan saya ?
IYEM
Akan di apakan saya ?
YANG KELAM
Kalian selalu terlambat mengetahui. Ini adalah tahun 1974 dan bukan tahun 1919. Ini adalah saat kalian mengalami keajaiban dunia. Kalian akan menyaksikan karya besar dari Seniman besar (pada pasukannya) Yang perempuan dulu. Kurangi rambutnya. (iyem dicabuti rambutnya. Iyem berontak)
ABU