Silfiyanti Ardiansyah

Silfiyanti Ardiansyah


Berfilsafat di Pemakaman Tionghoa Terbesar
Berfilsafat di Pemakaman Tionghoa Terbesar

Ada apa sih di pemakaman terbesar di Bandung? Yuk simak...

Di Kota Bandung, banyak sekali sejumlah tempat pemakaman umum etnis Tionghoa, seperti kuburan SengLiongKok, Tempat Pemakaman Umum Cikutra, TPU Cikadut, dan masih banyak lagi. Pemakaman Tionghoa atau yang kerap kali disebut Kuburan Cina terbesar di Bandung ada di TPU Cikadut. Bahkan dari penuturan warga sekitar mengatakan adanya jenazah yang berasal dari luar pulau Jawa, seperti Sumatra dan Kalimantan dimakamkan di situ.
Pemakaman Cikadut ini merupakan area berbukit-bukit sehingga selaras dengan kepercayan Tionghoa yang selalu ingin dimakamkan di tempat yang tinggi karena dipercaya lebih dekat dengan langit. Sebelumnya, pemakaman ini bernama “Kuburan Cina Cikadut” lalu diganti menjadi “TPU Hindu dan Budha Cikadut” sejak tahun 1985.
Pemakaman ini memiliki luas kurang lebih 52 hektar, makam-makamnya tersebar di sejumlah tempat dengan  bentuk dan warna yang berbeda-beda. Pemakaman di sini ada yang tergolong mewah dengan pagar yang terkunci dan ada yang berbentuk sederhana saja dengan masing-masing nisan bertuliskan aksara Hangzi. Pemakaman yang paling mewah di sana bernama “Atlantic Park”, yang di bagian luar menara dan kamar tersebut terdapat tulisan “Monumen Peringatan Jasa Ibu.”
Di pinggir sebelah kiri jalan dari arah pintu masuk pemakaman terdapat tempat kremasi jenazah yang didirikan oleh Yayasan Krematorium Bandung pada 14 Oktober 1961, dari informasi yang didapat Krematorium ini dibangun oleh pedagang Tionghoa yang berada di Bandung.
Pada hamparan pemakaman yang luas ini, segala warna-warni yang menghiasi pemakaman, begitu sangat mewahnya. Perenungan masing-masing diri pasti mulai memasuki raga dan sukma, perenungan filsafat hidup dan kehidupan pada makam mewah yang dijaga dan dirawat. Bawasannya bahwa di setiap agama manapun, pasti mengajarkan kebaikan dan mengimani adanya alam lain selain alam dunia ini. Di sini tentunya juga menjadi perenungan yang bisa diambil dari keberadaan kita di pemakaman ini.
Di sini jika disadari, kita diajarkan untuk berfilsafat “Keindahan yang mengajarkan arti kefanaan.” Bahwa semua keindahan, kemewahan, kecantikan, bahkan kekayaan tidaklah memiliki arti yang berarti, karena pada akhirnya semua harus ditinggalkan saat menghadap Tuhan. Apalah arti keindahan dan kemewahan yang kita kejar di dunia? Jika kehidupan kita masih terus berlanjut bukan hanya di dunia saja, melainkan di alam yang selanjutnya.
Maka dari itu, mari kita sama-sama saling merenung mengenai hidup dan kehidupan ini. Bahwasannya, setiap hal terkecil apapun bisa kita jadikan bahan perenungan untuk menambah kualitas dalam diri. Terima kasih.