Windy Wulandari Rahayu

Windy Wulandari Rahayu


Mengungkapkan Rasa Cinta Melalui Sanskerta
Mengungkapkan Rasa Cinta Melalui Sanskerta

Seorang budayawan dan jurnalis senior D.P. Yoeda mengatakan, “yang lisan akan sirna, yang menulis akan..."

                                   Mengungkapkan Rasa Cinta Melalui Sanskerta

 

Rasa cinta merupakan sebuah anugerah terindah. Kita senang sekali membaca kata-kata cinta yang dikemas dengan indah dan diksi yang menawan. Salah satu cara untuk mengekspresikan rasa cinta adalah dengan menuangkannya ke dalam tulisan. Seorang budayawan dan jurnalis senior D.P. Yoeda mengatakan, “yang lisan akan sirna, yang menulis akan abadi.” Artinya sesuatu yang diucapkan akan mudah terlupakan, hilang, dan tak berbekas sedangkan segala yang dituangkan dalam tulisan akan terjaga, terawat, dan kekal. Bicara mengenai ungkapan kita sudah tak asing dengan bahasa sanskerta yang marak digunakan saat ini untuk mengungkapkan isi hati dengan cara elegan di media sosial.

Tahukah kamu? Bahwa bahasa sanskerta digunakan sebagai bahasa kesusastraan India yang hanya dikuasai oleh para cerdik pandai dan para pendeta. Ini menandakan bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang paham dan dapat merangkai kata dengan bahasa sanskerta. Bahasa sanskerta merupakan bahasa yang unik. Mengapa demikian? Karena bahasanya bukan menggunakan kalimat yang biasa kita dengar sehari-hari. Jika kita merupakan orang yang awam dengan bahasa sanskerta kita akan kebingungan menerjamahkan maknanya. Walaupun belum mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, ketika hanya membaca kata demi kata saja kita akan tersenyum membaca kalimatnya yang indah karena ketika dibaca terdapat nada yang serasi, indah, dan cantik.

Berikut beberapa kalimat dari akun tiktok (@Manusia senja) yang menampilkan konten ungkapan rasa cinta melalui bahasa sanskerta:

“Dua atma yang sejatinya menyatu dalam asmaraloka harus terpisah karena iman yang berbeda.” (Dua jiwa yang sejatinya menyatu dalam asmaraloka harus terpisah karena iman yang berbeda)

“Tentang renjana yang mendekap daksa tanpa atma demi tuntasnya sebuah harsa, namun malah berakhir lara.” (Tentang kerinduan yang mendekap diri/tubuh tanpa jiwa demi kebahagiaan)

“Aku adalah aksara yang tak bermakna, sedangkan kamu fatamorgana yang ku paksa menjadi nyata.” (Aku adalah tulisan yang bermakna, sedangkan kamu fatamorgana yang ku paksa menjadi nyata)

“Bahkan kamu telah mengalahkan basanta, baskara, bahkan jumantara yang sangat berama.” Bagaimana dengan kalimat di atas, kira-kira maknanya apa ya?

 

Ayo! Belajar bahasa sanskerta, kosa kata semakin arta.

 

Sumber:

Wurianto, A. B. (2015). Kata serapan bahasa Sanskerta dalam bahasa Indonesia. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 1(2), 125-134.